Kenakalan remaja pada beberapa periode ini cukup membuat kita menggelengkan kepala. Bagaimana tidak? Para remaja saat ini selalu mencari cara agar dapat merasakan hiburan semata. Sering kita temukan remaja-remaja yang mengkonsumsi minuman keras dan merokok. Bahkan sempat ditemukan beberapa remaja yang nge-lem untuk dapat merasakan efek fly pada beberapa waktu lalu. Kabar terbarunya, kini mereka telah berinovasi dengan meminum rebusan pembalut wanita untuk merasakan sensasi yang sama.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah baru-baru ini menemukan fenomena miris dimana para remaja yang berusia 13 hingga 16 tahun mengkonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkotika. BNN telah menemukan kejadian tersebut di berbagai daerah di Grobogan, kudus, Pati, Rembang dan Kota Semarang bagian timur. Â Pihak BNN sendiri belum bisa menindak lanjuti kejadian ini karena tidak ada dasar hukum yang mengatur bahwa air rebusan pembalut termasuk dalam kategori zat-zat berbahaya atau terlarang. Namun, remaja yang telah tertangkap melakukan hal tersebut kini telah dalam proses pemeriksaan.
Hal ini mereka lakukan karena ingin merasakan sensasi seperti mengkonsumsi narkotika namun dengan budget yang murah tentunya. Dampak yang ditimbulkan dari air rebusan ini sama dengan narkotika pada umumnya yaitu dapat menyebabkan sensasi fly. Sensasi fly adalah dimana seseorang dapat merasakan kenikmatan seperti "mabuk dalam keadaan bahagia" yang dapat merusak tubuhnya sendiri. Zat tersebut akan menyerang otak, membuat cara berpikir kita terganggu yang pada akhirnya menimbulkan efek gangguan perasaan, emosi serta perilaku atau kebiasaan hidup kita.
Awal mulanya, para remaja mencoba dengan memakai pembalut bekas wanita. Bahkan, mereka rela mengais di tempat sampah agar mendapatkannya. Kemudian, mereka mencoba hal baru dengan pembalut yang masih baru. Setelah itu, lambat laun mereka lebih memilih pembalut yang masih baru karena sudah merasa jijik dengan pembalut bekas. Â
Angelia Nibennia Zega dalam IDN Times menjelaskan kandungan bahan-bahan yang ada dalam pembalut sebagai berikut. Pertama, Zat Klorin yang digunakan untuk memutihkan air, kertas, pakaian dan sebagainya. Kedua, gel penyerap yang terbuat dari bahan katun atau campuran katun dan rayon atau serat selulosa yang terbuat dari bubur kayu yang dapat menyerap. Ketiga, pewangi yang digunakan untuk mengurangi bau yang kurang sedap. Para ahli juga sedang menyelidiki kandungan dalam pembalut mana yang dapat menimbulkan efek fly pada remaja tersebut.
Pertanyaan yang masih menjanggal dipikiran saya atas kejadian tersebut adalah mengapa mereka bisa memilih pembalut wanita bukannya yang lainnya. Ide dari manakah? Bahkan memakai pembalut wanita bekas yang sudah dibuang di tempat sampah? Apakah mereka tidak merasa jijik dengan pembalut tersebut? Pembalut bekas sudah kotor karena adanya bekas darah dan tercampur dengan kotoran yang ada di tempat sampah dengan sejuta bakteri yang ada. Tidakkah mereka memikirkan hal tersebut sebelum bertindak?
Melihat fenomena diatas, peran orang tua dalam mendidik seorang anak perlu kembali diingatkan. Pengawasan tingkah laku dan kebiasaan hidup perlu diperhatikan lagi agar anak-anak tidak salah dalam bergaul. Para remaja yang dapat melakukan hal diatas tidak lain adalah karena kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua. Orang tua perlu memberikan perhatian dan kasih sayang ditengah kesibukan yang ada agar anak-anak dapat terjaga dari perilaku yang menyimpang. Â Sehingga, peran orang tua sangatlah penting dalam mendidik anak agar kelak menjadi pribadi yang baik dan dapat berguna bagi bangsa dikemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H