Mohon tunggu...
Moses J.
Moses J. Mohon Tunggu... Aktris - dokter

suka bermain game

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kondisi Keuangan Indonesia Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19

22 Mei 2024   16:50 Diperbarui: 25 Mei 2024   14:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Indonesia adalah negara berkembang yang perekonomiannya cukup terkenal di dunia dan telah menjadi negara berpenghasilan menengah & anggota G-20. Indonesia tergolong ke dalam negara industri baru. Namun, seperti negara-negara lain di dunia, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam menjaga kestabilan kondisi keuangannya, terutama pasca pandemi Covid-19 yang menggemparkan seluruh dunia hingga menimbulkan kekacauan dimana-mana.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir menunjukkan performa yang baik. Pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02%, sedangkan pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar -2,07% karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia. Tak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menyebabkan dampak besar pada sektor rumah tangga. Dr. R. Stevanus C. Handoko S.Kom., MM anggota DPRD DIY yang juga menjadi pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis, menyampaikan bahwa terdapat minimal ada 5 dampak besar pandemi Covid-19 bagi perekonomian nasional. Dampak yang pertama yang sangat terasa dan mudah sekali dilihat adalah melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli masyarakat secara luas. 

Hingga semasa pandemi, masyarakat mengalami penurunan daya beli yang sangat signifikan. PPKM yang terus berlanjut dengan berbagai aturan pengetatan menghambat masyarakat untuk beraktifitas ekonomi. Menurut data dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Tidak hanya konsumsi, investasi juga mengalami penurunan dari 3,25 persen menjadi 1,94 persen. Penurunan ini mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Penurunan investasi lebih besar atas pengaruh berkurangnya lapangan kerja. Aktivitas perdagangan yaitu ekspor dan impor dengan pihak luar negeri juga mengalami penurunan dari -0,87 persen menjadi -7,70 persen pada ekspor dan -7,69 persen menjadi -17,71 persen pada impor. Meskipun ekspor dan impor terjadi penurunan yang drastis mempengaruhi nilai dari ekspor neto pada saat kontraksi perekonomian.


Namun, pada kuartal pertama tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti adanya pengaruh dari kegiatan impor-ekspor, investasi, konsumsi, dan berbagai proyek yang dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan yang bekerjasama untuk menunjang perekonomian di Indonesia seperti proyek pembangkit listrik dan jalan tol, yang telah menjadi faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Konsumsi domestik juga menjadi faktor penting, mengingat Indonesia memiliki populasi yang besar dan semakin meningkatnya tingkat urbanisasi. Walaupun kondisi keuangan di Indonesia tersebut membaik, masih saja terdapat beberapa rintangan yang harus dilalui untuk mengembalikan kembali perekonomian Indonesia ke dalam kondisi normal. 


  • Pajak dan Defisit Anggaran

Defisit APBN terjadi karena nominal belanja negara lebih tinggi daripada pendapatannya. Hingga Oktober 2022, belanja tercatat mencapai Rp2.351,1 triliun dan pendapatan ada di Rp2.181,6 triliun, sehingga terpaut selisih Rp169,5 triliun atau setara dengan 0,91 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).


Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir November 2022 tercatat sebesar 392,6 miliar dolar AS.


  • Ketergantungan Terhadap Ekspor

Hambatan yang didapatkan oleh Indonesia terhadap aktivitas ekspor adalah terdapat tarik yang dikenakan dikarenakan tidak adanya perjanjian atau kerjasama perdagangan. Tak hanya itu, lemahnya industri manufaktur juga menjadi salah satu penyebab, karena nilai ekspor barang manufaktur Indonesia masih lemah yang mengakibatkan tertinggalnya ekspor Indonesia.


Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah dengan mendorong investasi serta memperkuat sektor pariwisata. Pemerintah dapat membantu untuk memberikan insentif yang menarik dan membuat lingkungan bisnis yang lebih mudah dan ramah bagi para investor asing maupun dalam negeri. Ini akan membantu meningkatkan produksi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan nasional. Tak hanya itu, memperkuat sektor pariwisata dapat membantu untuk meningkatkan devisa negara serta memperluas lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sehingga, kesimpulan yang dapat didapatkan adalah bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara dengan perekonomian yang kuat dan stabil. Namun, untuk mencapai hal tersebut, Indonesia masih perlu menghadapi berbagai tantangan dan kompleksitas dalam mengelola perekonomiannya. Dengan adanya masalah-masalah di atas, rintangan yang dihadapi oleh Indonesia masihlah banyak sehingga warga negara Indonesia harus menunjukan kreativitasnya untuk menunjang perekonomian dan generasi kedepannya. 



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun