Mohon tunggu...
Antania Shinta
Antania Shinta Mohon Tunggu... -

Believe impossible things

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan Masa Depan

16 Juni 2013   19:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dear anakku…
Pada saat aku menuliskan ini aku adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang sedang berusaha menanjaki sebuah jalan kehidupan yang berbeda dari kebanyakan orang diluar sana. Apakah maksudnya? Begini..
Teman-teman Ibu diluar sana sedang bersusah payah jatuh bangun menjalani karier sebagai orang kantoran karen seusia ini kami belum memiliki pengalaman apaapa untuk menduduki sebuah jabatan yang penting di suatu perusahaan.

aku, Ibumu ini tidak menjalani hal yang sama seperti mereka karena kakekmu, bapakku, tidak membiarkanku merasakan apa yang dialami teman-teman sebayaku diluar sana. Iri. Itu yang ada dipikiranku. aku memimpikan kesulitan setelah lulus kuliah karen aku tidak ingin mengalami kesulitan ketika kamu kelak lahir di dunia ini. Demi impianku dan dirimu, aku rela menerima kesulitan apapun tapi kakekmu tidak sepikiran denganku.

Ketahuilah olehmu bahwa menjalani masa-masa usia 20 tahunan merupakan cobaan bagimu untuk membuktikan bahwa kamu sudah bisa bertanggung jawab atas masa depanmu, kamu sudah memiliki keputusan-keputusan penting demi masa depanmu, kamu sudah bisa dipercaya dalam urusan masa depanmu. Di usia ini kamu sedang membangun masa depanmu dan berusaha untuk membuktikan bahwa kamu konsisten terhadap apa yang sudah kamu putuskan. Dan aku sebagai orang tua wajib untuk menuntunmu, mendampingimu, membiarkanmu mengalaminya karena di usia ini sudah saatnya kamu membuktikan ke  diri sendiri bahwa kamu bisa.

Tahukah kamu hari ini aku memikul 2.000 lembar brosur yang belum dilipat untuk bisnisku bersama partner terbaikku. Kami melipat brosur-brosur itu bersama dan saat dalam perjalanan sambil memikul brosur di dalam tas itu, aku terpikirkan oleh seseorang; penjual yang memikul dagangannya. Mendadak aku sedih tapi aku mencoba untuk realistis karena brosur ini aset berhargaku bersama partner untuk membesarkan bisnis yang kami rintis. Aku bertekad dalam hati tidak akan menangis untuk kesulitan macam ini dan tidak akan mengeluh. Aku bersedia mengunci mulutku dari keluh kesah demi impianku. Kemudian aku menegakkan kembali kepalaku yang sempat tertunduk sedih karena begitu besarnya aku ingin mewujudkan mimpiku. Ya… Ibumu ini seorang pemimpi yang sedang berusaha mewujudkannya perlahan. Seseorang diluar sana pernah mengatakan padaku “tidak mengapa berjalan lambat asal tidak terhenti” dan itulah salah satu timbulnya pikiran positif dari dalam diriku. Kemudian 2.000 lembar brosur yang akan disebar itu tidak terasa berat. karena aku bertekad.

Anakku… aku ceritakan kisah ini bukan untuk menerima sanjungan dari siapa-siapa karena aku hanya mengharap Ridho Sang Penciptaku.

Ketahui pula olehmu fasilitas yang kamu miliki kelak tidak akan bisa berbuat banyak kecuali dari dirimu sendiri yang berkeinginan kuat. Berat memang rasanya, tak mengapa, aku pun merasakan hal yang sama. Karenanya disitulah tugasku juga utk memberimu tempat bersandar. Aku akan menguatkanmu seberapa lemahnya dirimu kelak, aku akan memarahimu tak peduli sejauh apa kamu menyimpang dari norma, tapi yang akan terasa pahit olehmu jika kamu tidak memiliki hati yang lapang untuk menerima kritikan dariku. Orang bijak adalah orang yang selalu bisa menerima kritikan dari orang lain (meski diri kita akan down) dan orang yang sukses adalah orang yang tidak punya alasan. Aku tidak akan membiarkanmu bangkit seorang diri seperti yang aku alami, aku tidak akan membiarkanmu jatuh tanpa alas, aku tidak akan membiarkanmu melewati semuanya ini sendiri (pengecualian jika aq dipanggil Sang Pencipta terlebih dulu sebelum melihatmu tumbuh besar).

Ketika kamu membaca ini kelak, meski saat ini aku sendiripun belum tahu siapa jodohku yang akan menjadi Ayahmu kelak, bacalah dengan hati dan pikiranmu, Nak.

Bangkit dan lihatlah kedepan karena mimpimu seperti matahari terbit yang selalu muncul menghangatkan dan memperbaharui semangatmu.

Pelajarilah dari semua orang tentang hal yang buruk yang ada dari mereka kemudian tentu ambil sisi yang baik untukmu.  Selamat berjuang anakku…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun