Mohon tunggu...
Duddy Mulyawan Djajadisastra
Duddy Mulyawan Djajadisastra Mohon Tunggu... -

Seorang dokter, ahli penyakit dalam, seluruh pendidikan dokternya ditempuh di Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, sangat berminat dalam bidang kesehatan, terutama perilaku seseorang sehingga menjadi sakit dan perjuangan pasien dalam melawan penyakitnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa yang Dilakukan Ketika Kita Sakit?

8 Januari 2010   19:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:33 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernyataan ini terkesan sepele. Gampang. Hal kecil. Semua orang juga tahu kalau sakit ya ke dokter! Hehehe....anda salah! Tercatat ada 3 cara: ke dokter (bisa dikatakan pengobatan ala Barat), ke tabib/sinshe/dukun/orang pinter (biasa dikatakan pengobatan alternatif) dan mengobati diri sendiri (self medication). Tidak semua penyakit ringan dapat diobati sendiri, sebaliknya penyakit berat kadang dapat dipulihkan tanpa pengobatan dari kelompok medis.

Keluhan sakit kepala yang berulang2, sering dianggap remeh, tidak berat, tapi cukup mengganggu. Karena tidak sembuh-sembuh setelah berlangsung bertahun-tahun, akhirnya ke dokter juga. Ternyata setelah dievaluasi lebih lanjut, sakit kepala itu pun tak kunjung sembuh. Mulai dari dokter syaraf, mata, penyakit dalam, THT sampai psikiatri sudah disambangi tetapi masih saja sakitnya hilang timbul. Ternyata evaluasi CT Scan menjelaskan bahwa sakitnya itu disebabkan tumor di otaknya. Sebenarnya, dokter syaraf sudah menganjurkan CT Scan saat berkonsultasi dengannya. Tapi, kecurigaan neurologist tersebut akan kemungkinan tumor ditolak oleh kebanyakan pasien, sehingga diagnosisnya menjadi makin terlambat. Itu contoh penyakit ringan (cuma sakit kepala biasa), tetapi ternyata tidak dapat diobati sendiri!

Seorang teman yang terdiagnosis sebagai hipertensi, obesitas, toleransi glukosa darah terganggu yang memiliki tendensi diabetes, terpaksa harus minum tidak kurang dari 4 macam obat. Saat dia berusaha mengubah gaya hidupnya, mengurangi berat badan, berolahraga teratur, istirahat secara teratur, bekerja tanpa stress, dan hasilnya....berat badannya turun secara bertahap, terasa lebih segar, yang terpenting dia tidak perlu minum obat karena ternyata penyakitnya "dapat terkontrol". Kenapa hipertensi, obesitas dan diabetes dikatakan penyakit berat? Karena penyakit ini telah merengut nyawa jutaan orang di dunia ini, meski pada usia muda dan sebelum kematiannya relatif tidak ada keluhan yang berarti!

Kembali ke pertanyaan semula, apa yang dilakukan ketika kita sakit?

Bila kita memilih datang ke dokter, pilihlah dokter yang cukup komunikatif. Kenapa? Karena untuk sembuh, disamping butuh obat yang tepat, seringkali juga membutuhkan dokter yang bersedia meluangkan waktunya memberikan nasihat untuk terhindar dari penyakit serupa di kemudian hari.

Lalu dokter umum atau langsung spesialis? Hehehe....pertanyaan ini bukan saja berhubungan dengan jumlah uang yang kita keluarkan, melainkan juga keahlian yang dibutuhkan. Dokter umum, memang memiliki kemampuan yang terbatas dalam pengelolaan penyakit. Terutama penyakit yang sudah komplikasi atau memiliki gangguan organ yang cukup serius, seperti gangguan ginjal, hati ataupun jantung. Tapi keunggulannya, biasanya dokter umum memiliki waktu yang lebih luang untuk menjelaskan berbagai hal dan biasanya beliau dapat menganjurkan konsultasi dengan dokter spesialis yang lebih tepat. Di Australia, seorang penderita reumatik, membutuhkan waktu 3 bulan sebelum bertemu dengan konsultan reumatologi! Di Indonesia, jauh lebih gampang! Bahkan bisa didatangi kapan saja (tentu saja sesuai jadwal prakteknya!).

Diskusikanlah penyakit anda dengan dokter sebaik-baiknya, namun yang terpenting, janganlah coba-coba untuk memahami penyakit kita secara medis apalagi secara ilmiah! Kenapa? Karena kemungkinan kita salah paham menjadi makin besar, apalagi pemahaman tersebut membutuhkan penunjang dasar ilmu preklinik lainnya. Pemahaman yang setengah-setengah ini membuat pasien menjadi "keblinger" dan bisa salah pengelolaan manakala mencoba "self medication".

Bawalah semua obat yang anda beli dan konsumsi! Tujuannya supaya pasien mendapatkan edukasi tentang cara meminum obat yang benar, dijelaskan manfaat masing-masing obat, dan yang terpenting bila ada masalah efek samping, segera dimengerti obat mana yang menjadi "biang keroknya". Lagipula, dengan membawa obat, dapat dibeli obat sesuai dengan perhitungan hari, tidak ada obat yang masih banyak tersisa, sementara obat lain sudah habis.

Penuhi jadwal kontrol secara teratur, keterlambatan dalam konsultasi dokter dapat menyebabkan gangguan perencanaan pengobatannya. Demikian pula ketepatan jadwal pemeriksaan laboratorium. Tanyakan pula persiapan yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan laboratorim tersebut. Satu hal yang terpenting, anda boleh datang lebih cepat bila ada masalah lain disamping keluhan yang anda rasakan. Bisa jadi, ada efek samping obat atau komplikasi penyakit yang harus segera diatasi.

Bagaimana dengan second opinion? Setiap pasien dijamin haknya untuk mendapatkan pendapat medis dari dokter yang lain. Apa tujuannya? Mendapatkan "point of view" yang berbeda dari data yang sama. Acapkali ada data yang terlewat saat kita menceritakan keluhan kita terhadap dokter, atau bisa jadi juga, informasi yang diberikan dokter ditanggapi berbeda oleh pasiennya. Mana yang dipilih? Diskusikan dengan dokter anda. Itu penting, karena di dalamnya terkandung risiko dan keuntungannya sendiri. Ambil risiko terkecil dengan keuntungan sebesar-besarnya.

Semoga anda tetap sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun