Mohon tunggu...
chintia otami
chintia otami Mohon Tunggu... -

dr umum

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa Itu Panas Dalam?

7 April 2014   23:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 1253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastilah semua orang pernah mengalami rasa tenggorokan dan dada panas, terbakar, tidak nyaman sehabis makan makanan berlemak atau makanan pedas. Oleh orang tua, gejala ini biasanya disebut panas dalam, dan untuk menghilangkannya biasanya kita diminta untuk banyak minum air putih atau larutan penyegar. Namun apakah itu sebenarnya panas dalam?

Panas dalam atau sering disebut heart burn adalah salah satu gejala dari Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). GERD adalah peristiwa masuknya isi lambung ke dalam esofagus (refluks) yang terjadi secara berjeda (intermiten) pada setiap orang, terutama setelah makan. GERD disebabkan karena gangguan pada sfingter esofagus bawah, yang merupakan katup penghubung antara kerongkongan dan lambung. Katup ini idealnya menjaga agar makanan yang sudah berada di lambung tidak naik kembali ke kerongkongan.GERD terdiri dari sekumpulan gejala yaitu sensasi panas dan terbakar di dada (heartburn), air liur yang banyak menumpuk di mulut (hipersalivasi), perut terasa begah, kembung, sering bersendawa, rasa asam di mulut, terkadang dapat disertai mual dan muntah. Pada anak-anak gejala yang paling sering adalah muntah (72-90%).

Pernyakit GERD dapat dicetuskan oleh banyak faktor antara lain kelainan anatomi esofagus dan lambung, makanan berlemak dan pedas, cokelat, obat-obatan, alkohol, dan rokok. Obesitas juga berpengaruh dalam mencetuskan GERD karena menyebabkan penurunan tensi sfingter esofagus bawah dan pengosongan lambung yang terlambat. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli ditemukan bahwa kecemasandan depresi dapat meningkatkan resiko terhadap GERD sebanyak dua hingga empat kali lipat.

Sebagian besar penderita GERD mengalami keluhan yang ringan dan berjeda sehingga tidak berobat ke dokter dan mengobati diri sendiri dengan obat maag. Namun apabila dibiarkan terus menerus, maka refluks yang terjadi berulang akan menyebabkan berbagai komplikasi antara lain infeksi di esogafus, perdarahan di esofagus,dan perubahan mukosa esofagus ( Esophagus Barret). Berbagaikomplikasi di saluran nafas juga dapat terjadi antara lain bronkitis kronis, pneumonia, asma, dan batuk kronis.

Apabila terdapat gejala-gejala seperti di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan di rumah untuk mengurangi gejala dengan cara merubah gaya atau kebiasaan hidup. Hal ini akan membantu mengurangi refluks, menetralisasi bahan refluks, memperbaiki antirefluks dan mempercepat proses pembersihan esofagus. Cara tersebut adalah antara lain dengan :

1.Posisi kepala atau tempat tidur ditinggikan (6-8 inci)

2.Diet menghindari makanan tertentu seperti makanan berlemak, berbumbu asam, cokelat, kopi, dan alkohol

3.Menurunkan berat badan bagi yang mempunyai berat badan berlebih

4.Jangan makan terlalu kenyang

5.Jangan segera tidur setelah makan, sebaiknya makan dengan jumlah yang sedikit namun sering, dan hindarilah makan malam yang terlambat

6.Olahraga rutin. Namun jangan berolahraga dengan waktu yang dekat dengan waktu makan.

7.Hindari stress

8.Hal-hal lain yang perlu dihindari adalah merokok, pakaian yang ketat karena dapat meninggikan tekanan di intraabdomen, mengangkat barang berat, dan obat-obatan yang dapat menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah.

Apabila keluhan masih menetap meskipun gaya hidup telah berubah, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan memeriksa lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan menilai keparahan penyakit. Selain itu, akan diberikan obat-onbatan yang berfungsi meninggikan tekanan sfingter esofagus bawah, mengurangi asam lambung, dan obat-obatan yang meningkatkan ketahanan mukosa esofagus dan lambung. Terapi bedah anti refluks diindikasikan pada kasus-kasus berat tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun