Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mistik "Arok Dedes" Meluntur di Tangan Pramoedya Ananta Toer

22 Januari 2014   06:20 Diperbarui: 31 Agustus 2016   16:41 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390346060342733454

Bagi pecinta sejarah mungkin sudah banyak yang membaca dan atau tahu tentang buku ini, namun tidak memusnahkan kemungkinan kalau masih ada yang belum membaca atau belum tahu buku ini. Kepada yang terkakhir itulah tulisan ini saya buat.

 Buku ini adalah karya sastra Indonesia yang berharga karya Pramoedya Ananta Toer yang diselesaikannya di penjara ( pulau buru) pada tahun 1976. Berkait dengan Judulnya ' Arok Dedes ' roman /novel ini bermuatan kisah sejarah yang dimungkinkan pernah terjadi di Indonesia ( Jawa). Dalam materi akademik sekolah kisah serupa mungkin sudah diselipkan ke dalam mata pelajaran sejarah. Lalu apa bedanya ?
 Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer ini memiliki kekuatan tersendiri bila dibandingkan dengan dongeng-dongengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes baik berupa film mau pun buku akademik sejarah. Kalau pada umumnya kisah ini identik dengan esensi mistik yang kuat yaitu keterlibatan kesaktian keris mpu Gandring, dan kutukan tujuh turunannya, sedangkan novel/roman sejarah Arok Dedes karya PAT ( singat nama penulis) ini menyodorkan hal lain bersama nilai-nilai yang lebih masuk akal.

Secara garis besar dalam cerita di bukunya ini PAT membeberkan sebuah kegiatan politik yang terjadi di zaman nenek moyang kita. Di antaranya yaitu,suatu taktik kudeta yang cerdik yang dilaksanakan oleh Arok hingga berhasil menjatuhkan raja Tunggul Ametung. Pergerakan kudeta tersebut terjadi secara murni dengan siasat politik /perang Arok, dan tidak sedikit pun menyinggung tentang adanya bantuan keris. PAT juga menggambarkan kebiasaan buruk manusia yang gemar berkuasa dan cenderung tidak adil kepada rakyat, memimpin dan memerintah rakyat sebab tergiur dengan emas namun kesejahteraan rakyat tertindas, seperti yang tercermin jelas pada watak tokoh raja Tunggul Ametung. Agar lebih lengkapnya lagi, berikut saya ceritakan dengan singkat kisah dari buku Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, yang baru baru ini berhasil saya khatamkan . Semoga anda tergiur untuk membaca langsung dari bukunya :)

" Dahulu kala jauh sebelum negeri ini bernama Indonesia dan jauh sebelum listrik menyengat nusantara kita, hidup sebuah peradaban manusia di bumi jawa di sekitar gunung kelud, negeri Tumapel namanya ( di kemudian hari santer dikenal dengan nama Singasari ). Negeri atau kerajaan Tumapel ini berdiri di bawah ketiak kerjaan Kediri.

Ketika itu Teologi Hindu adalah pengaruh terkuat terhadap cara pikir manusia - manusia di sana, lantas mereka hidup di tengah kuatnya tingkat-tingkatan sosial ( Sudra, waisya,satria, brahmana) berdasarkan kadar kekuasaan duniawi dan Rohani. Negeri Tumapel dipimpin oleh seorang raja dengan nama atau sebutan Tunggul Ametung, didampingi Permaisurinya yang ia cekel secara paksa dari rakyatnya sendiri yaitu Dedes wanita maha cantik sejagat negeri Tumapel. Tanah dan semesta isi alam Tumapel adalah wewenang Raja, begitu pun kawula - kawula negeri adalah kendali sang Raja.

Sedangkan jauh di luar singgasana raja Tumapel, di dalam belantara hutan, terdapat sosok pria yang dianugrahi sang pencipta akan kepintarannya dalam beladiri dan berpikir. Pria ini juga ahli dalam bahasa sangsekerta sehingga pemahamannya tentang isi kitab-kitab ajaran hindu dianggap tingkat dewa ( luar biasa). Adalah Arok, pria dari kasta rendah namun tindak dan cara berpikirnya jauh melampaui kebiasaan umum kastanya. Setelah diluluskan dan dilepas dari amongan gurunya Arok berkelana ke belantara hutan dan kelak dia bergerak untuk merebut segala keistimewaan bangku raja negeri Tumapel, yakni menggandeng Dedes dan menjadi orang terkuasa di sana. Di ujung cerita raja Tunggul Ametung mati, pun kekuasaan Negeri Tumapel termasuk permata cantik Dedes sang permaisuri akhirnya jatuh kegenggaman Arok "

_21januari2014_

Marendra Agung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun