Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semarak 3 Tahun Merdeka Belajar serta Refleksi 3 Jenis Kemerdekaan yang Dirasakan oleh Siswa

6 Mei 2023   08:49 Diperbarui: 6 Mei 2023   08:59 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal bulan ini menjadi istimewa bagi dunia pendidikan di Indonesia karena menjadi momen peringatan Hari Pendidikan Nasional. Kita telah memperingati Hardiknas dengan tema "Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar" pada tanggal 3 Mei di tahun 2023 ini.

Momen Hardiknas ini merujuk pada tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara. Pahlawan nasional yang memberi inspirasi penting bagi dunia pendidikan nasional Indonesia. Konsep pendidikan dari Ki Hajar Dewantara relevan dengan semangat Merdeka Belajar yang sudah berjalan 3 tahun sejak kepemimpinan Bapak Nadiem Anwar Makarim. Dengan demikian, patut kiranya pemikiran Ki Hajar Dewantara kita refleksikan, guna menyumbang semarak Merdeka Belajar dengan aneka program-programnya dalam Kurikulum Merdeka saat ini.

Ki Hajar Dewantara telah meninggalkan "artefak", salah satunya bernama Taman Siswa, yang sarat dengan konsep pendidikan yang "memerdekakan". Sejumlah bagian penting dari artefak besar tersebut yaitu tentang bagaimana bentuk kemerdekaan yang harus dirasakan oleh siswa.

Konsep tersebut termaktub pada asas taman siswa yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara di tahun 1930. Menurut pernyataan beliau mengenai "metode among", mendidik anak atau siswa itu berorientasi untuk menjadikan manusia yang "merdeka batinnya", "merdeka pikirannya", dan "merdeka tenaganya".

1. Siswa merasakan kemerdekaan batin

Merdeka belajar dalam konsep Kurikulum Merdeka sangat mengakomodasi kemerdekaan batin siswa. Salah satunya dengan menekankan guru untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered learning. Konsep tersebut mendorong guru agar tidak lagi berlaku "semaunya" dan membuat siswa tertekan. Guru dianjurkan untuk berperan sebagai fasilitator.

Hal tersebut sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai metode among. Guru adalah seseorang yang memelihara kodrat anak atau siswa. Ki Hajar tidak menganjurkan cara mengajar dengan pola "paksaan, hukuman, dan ketertiban". Sebab, ketiga hal tersebut dapat memperkosa kemerdekaan batin siswa. Namun, beliau menganjurkan kita untuk membangun perasaan damai pada siswa sehingga "ketertiban" akan terjadi secara alami.

Siswa merdeka secara batin terdidik dalam suasana yang membuat mereka merasakan hak mengatur dirinya sendiri. Tentu saja dalam sentuhan daya asuh guru. Tantangan kita sebagai guru adalah harus mampu membangun kondisi pembelajaran yang seimbang, yakni bermakna dan juga menyenangkan.

Pembelajaran bukan hanya membuat siswa merasakan kesenangan belaka tapi juga harus membuat mereka bertumbuh sesuai kodrat alamiahnya. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa, 

"Bertumbuh sesuai kodrat itulah penting sekali untuk segala kemajuan (evolusi) dan harus dimerdekakan seluas-luasnya. ,... Yang kita pakai sebagai alat pendidikan yaitu pemeliharaan hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sendiri."  Asas Taman Siswa, butir 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun