Jenis memaafkan secara sikap ini membuat kita dapat melihat sisi lain dari orang yang telah melukai kita. Boleh jadi ada tindakan-tindakan baik dari orang tersebut yang belum kita sadari.
Memaafkan secara transaksional
Jenis memaafkan selanjutnya yaitu memaafkan secara transaksional. Keadaan ini terjadi ketika kita memaafkan orang lain sebagai bagian dari kesepakatan. Dalam hal ini, kita mungkin memaafkan orang lain sebagai syarat untuk menjalin atau mempertahankan sesuatu.
Sesudah kita dapat berempati dengan dari orang lain yang telah melukai kita itu, kemudian kita menyikapinya dengan memaafkan untuk hari kemudian yang lebih baik. Misalnya seorang istri memaafkan suaminya demi kehidupan keluarga dan anaknya. Atau seorang guru memaafkan muridnya demi mempertahankan prestasi dan tumbuh kembang murid tersebut di hari kemudian.
Memaafkan secara transaksional ini merupakan jenis memaafkan yang konkret. Jika di awal-awal kita baru memaafkan secara emosi dan secara persepsi sikap diri, di tahap ini bentuk memaafkan sudah berdampak pada hubungan kita dengan orang lain.
Memaafkan secara spiritual
Jenis memaafkan yang terkahir yaitu memaafkan secara spiritual. Memaafkan pada keadaan ini terjadi ketika kita memaafkan orang lain sebagai bagian dari hasil perjalanan spiritual atau batiniah kita.
Dalam hal ini, kita telah berhasil memaafkan orang lain sebagai suatu tindakan yang kita sadari lebih mulia dan tinggi. Sebab, tindakan ini sesuai dengan nilai moral dan keyakinan kita, yaitu ajaran agama.
Memaafkan jenis ini adalah bentuk  tertinggi atau puncak dari proses kita memaafkan orang lain. Kita sudah menjadi suci dalam arti terbebas dari emosi negatif akibat tindakan orang lain yang menyiksa hati.Â
Landasan spiritual kerap digunakan sebagai salah satu cara terapi memaafkan bagi para motivator. Sebab prinsip dan ajaran keagamaan dari semua agama mendorong pemeluknya untuk bersikap memaafkan.
Idul Fitri dan Puncak MemaafkanÂ