Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Malam 1 Bulan 1000 Awan

14 April 2023   23:41 Diperbarui: 28 April 2023   21:00 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara rintik hujan bersaing
dengan kumandang malam 1000 bulan
yang sejak sore kita serukan
Hingga malam tiba
hujan meninggalkan dingin
juga awan-gemawan

Oh Tuhan Semesta Alam!
Mengapa awan itu menutupi pandangan?
Tak kita ketemukan 1 pun bulan di angkasa
Namun, 1000 keinginan terlanjur terbit
Hampir di setiap malam
Hampir di setiap terik siang kita,
ya kita
kau, aku, dan doa-doa

Malam 1000 bulan terus disiarkan
Dengan power sound system
Suaranya menderu-deru
Bersamaan dengan auman tik-tok
Bersaingan dengan suara pesimis
dari orang-orang yang terpentok
di pinggiran jalan nasib

Ilustrasi bulan. Sumber: Pixabay.com
Ilustrasi bulan. Sumber: Pixabay.com

Ya, dengarlah!
Resonansi siar malam 1000 bulan
mendorong apa pun saja
termasuk tubuh kita
Kita pun terpojok ke sebuah tebing,
di ujung gunung cita-cita
Di seberang sana, tak kita temukan
walau hanya 1 bulan
Melainkan 1000 tanda tanya yang menakutkan
Di belakang sana, kok ada deretan setan?
Menari-nari,
menggoda sanubari

Oh berita malam 1000 bulan
Betapa makin keras sekali berbunyi
Dan di masjid, tarawih makin sepi
keramaian pindah ke cafe
juga  ke rumah makan
kita buka puasa dengan bayang-bayang
Dan di jalan, kita menengadah kembali
Lagi-lagi tak 1 pun bulan ada di angkasa

Oh lihatlah! 1 bulan, diselimuti 1000 awan!
Awan apakah yang menutupinya?
Itukah awan yang berasal dari  ribuan residu hawa nafsu kita ?

Marendra Agung J.W  14/4/ 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun