" Pin! Coba lihat, duduk di balik pohon bambu itu pasti asyik!" ucap Cipruy sambil menyambit bungkus es kenyot ke tempat yang ditudingnya.
Tak lama berselang Cipruy turun dari tanggul. Bagai petualang sejati ia melompati semak lalu duduk bersandar pada barisan pohon bambu. Sementara itu, Kepin masih mengamati dari atas tanggul, ia melihat Cipruy mengeluarkan sesuatu dari dalam  tasnya.
" Wahhh! kamu mau ngapain sih Pruy! " pekik Kepin. Sesuatu dalam hati Kepin terasa mendorongnya. Tanpa dipinta, Kepin pun menyusul jejak Cipruy sampai ke bawah tanggul.
" Uhuk, uhuk!" Cipruy terbatuk  usai memperagakan sesuatu dengan benda sebesar jari telunjuknya itu.
" Â Sini! Â kamu coba deh," Cipruy menyodorkan jemarinya.
" Uhuk-uhuk.." Kepin terbatuk.
" hahaha" Gelak tawa mereka kemudian terdengar sambar-menyambar.
Momen itu membuat Kepin dan Cipruy jatuh cinta kepada teman baru mereka. Â Walau pun Cipruy juga baru mengenalnya, namun Cipruy mampu berlagak seperti sohib lama, lantas memperkenalkan dan mendemonstrasikan cara bermain dengan teman baru itu kepada Kepin.
Semilir angin menyapu kepulan asap dari bibir mereka. Kepin  mudah sekali akrab dengan benda yang di hari kemudian akan menjadi teman dekatnya itu. Teman barunya ini begitu aduhai bagi mereka.
***
Di awal sore, anak-anak di permukiman itu punya agenda mengaji di masjid. Mereka kerap kali saling jemput menjemput, berjalan dari rumah ke rumah, meneriaki teman-teman mereka untuk berangkat ke mesjid bersama. Akhir-akhir ini, Si Cipruy dan Kepin selalu menghilang dari barisan teman-teman lainnya, yang sebagian besar lebih muda umurnya dibanding mereka.