Bagi kamu yang sedang belajar menulis cerita, mau tidak mau kamu perlu memahami ragam bentuk kalimat. Walau kalimat dapat saja keluar secara otomatis, tapi penggunaan kalimat dalam ranah tulis tidak selalu sama dengan ranah lisan. Ada proses dimana kamu merasa perlu untuk menata susunan dan penggunaan kata-kaanya agar lebih efektif, logis, menarik, dan maknanya tersampaikan dengan utuh.
Kalimat memilik pola-pola yang sejak dulu telah dirumuskan oleh banyak ahli bahasa (linguis). Alangkah asyik kalau saja kamu yang sedang belajar di Sekolah Menengah, menguasai pola-pola kalimat itu. Agar ketika menulis karangan, cerpen, atau novel, kamu dapat terhindar dari penyusunan kalimat yang monoton, serta menjadi lebih percaya diri untuk mengeksplorasi bentuk kalimat.
Kamu tentu sudah kenal dengan istilah Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel) dan Keterangan (K) bukan? Atau mungkin kamu sudah sering mempelajari pola kalimat SPOK? Nah, dalam karya tulis sebetulnya kamu dapat menyusun kalimat tidak hanya dengan pola kalimat tersebut. Sebab berdasarkan perilaku unsur predikatnya (P), terdapat setidaknya enam pola pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia yang menarik untuk kamu ketahui. Berikut ini saya coba uraikan secara sederhana.
1.S+P.
Kamu mungkin kesulitan ketika mendeskripsikan suasana cerita sehingga terlalu bertele-tele. Padahal kamu bisa saja membangun narasi dengan sederhana, singkat dan padat. Misalnya, kamu dapat menyusun kalimat menggunakan pola S ( Subjek) + P (Predikat). Berikut ini contohnya:
a. Si kecil sudah tidur.
S P
b. Pengasuhnya sudah pulang.
S P
(Sumber kalimat: Cerpen Budak Cinta. Seno Gumira Ajidarma. Kompas, 20 Januari 2019)
Kamu tidak perlu khawatir kalimat seperti itu salah, atau tidak sesuai kaidah. Tenang saja. Kamu memang tidak perlu menyertakan objek dalam kalimat dengan karakter predikat (P) seperti kalimat tersebut. Pola kalimat itu disebut dengan kalimat intransitif atau tidak mewajibkan kehadiran unsur O (objek). Pola ini efektif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa atau kejadian singkat atau sudah terjadi seperti dalam dialog ataupun narasi cerpen/novel. Ciri-cirinya kamu dapat menggunakan predikat yang berupa kata kerja bentuk dasar atau tidak berimbuhan, yakni seperti kata tidur dan pulang dalam kalimat (a) dan (b )itu.
2. S+P+PEL
Kamu juga dapat gunakan pola kalimat S+P+Pel. Pola ini dapat digunakan untuk menyusun kalimat singkat dan sederhana, namun tetap dapat membangun suasana cerita. Seperti pada contoh berikut:
a. Misbahul menangis terisak-isak.
S P Pel
b. Kita gendong bergantian.
S P P
(Sumber kalimat: Cerpen.Budi Darma. Kita Gendong Bergantian. Kompas, 29 November 2020)