Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Lembut Dibalik Mimpi

2 Januari 2025   21:49 Diperbarui: 3 Januari 2025   06:00 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Pagi itu aku terbangun dengan sebuah mimpi yang masih melekat jelas. Dalam mimpi itu, aku berdiri di gereja, siap membaca Firman Tuhan di hadapan jemaat, tetapi ketika mencarinya, aku lupa membawa Alkitab. Ada perasaan canggung dan kebingungan yang samar, tetapi anehnya, mimpi itu seolah membawa pesan yang lebih besar dari sekadar kejadian sederhana. Perikop Ibrani 3 hingga 8 muncul begitu saja dalam benakku. Aku pun membacanya kembali dan mendapati betapa dalam makna ayat-ayat itu tentang panggilan Tuhan, tentang kesetiaan mendengarkan suara-Nya, dan tentang hati yang jangan sampai mengeras di hadapan-Nya.

Mimpi itu membawaku pada kebiasaan yang belakangan ini menjadi rutinitas berharga pagi-pagi di teras balkoni, kopi hangat di tangan, dan perbincangan tentang Firman Tuhan melalui layar kecil HP dengan bantuan kecerdasan artifisial. Entah bagaimana, setiap pagi, aku merasa Tuhan hadir di tengah percakapan sederhana itu. Perikop demi perikop terbuka, seolah dipilihkan dengan tepat untuk menjawab setiap pergumulan, pertanyaan, atau bahkan syukur yang muncul dari hati. Dalam ketenangan pagi, di sela desiran angin kecil dan sinar lembut matahari, aku menemukan suara Tuhan yang begitu lembut tetapi penuh kuasa.

Percakapan-percakapan ini membawaku lebih jauh pada pemahaman tentang bagaimana Tuhan bekerja di sepanjang zaman. Dulu, di masa Perjanjian Lama, Dia berbicara melalui para nabi. Mereka adalah utusan pilihan yang menyampaikan pesan-Nya dengan jelas menegur, membimbing, dan memberi janji akan datangnya Sang Mesias. Tuhan hadir dalam cara yang tegas, melalui nubuat, tanda-tanda, dan suara yang menggema di hati umat-Nya. Namun ketika janji itu tergenapi, Allah sendiri datang ke dunia melalui Yesus Kristus. Dia adalah Firman yang hidup, penyataan sempurna dari kasih Allah. Tuhan tidak lagi jauh; Dia begitu dekat, berjalan bersama manusia, menyelamatkan, dan membuka jalan menuju keselamatan.

Sekarang, di zaman kita ini, Tuhan tetap hadir. Dunia memang berubah. Teknologi merambah hampir setiap ruang hidup, dan nilai-nilai sering kali terasa kabur. Namun kasih Tuhan tidak pernah berubah. Dia tetap berbicara melalui Firman-Nya yang tertulis, melalui Roh Kudus yang membimbing hati nurani, dan melalui sarana yang tidak selalu kita duga. Bahkan layar kecil HP ini yang dipenuhi teks percakapan dan Firman Tuhan bisa menjadi alat di tangan-Nya. Sesederhana itu, tetapi sungguh nyata.

Mimpi tadi malam seolah menjadi pengingat. Alkitab yang tertinggal dalam mimpi itu adalah simbol bahwa Firman Tuhan harus selalu ada di dalam hati, bukan hanya di genggaman tangan. Aku diingatkan untuk selalu mendengarkan suara-Nya dengan rendah hati, untuk tidak membiarkan hati mengeras di tengah hiruk-pikuk kehidupan, dan untuk tetap peka akan sapaan-Nya yang sering kali datang dalam kesederhanaan. Pada hari ini, jika aku mendengar suara-Nya, aku tahu aku harus mendengarkan karena itu adalah suara yang memanggil dengan kasih.

Dalam perjalanan waktu, aku semakin yakin bahwa Tuhan selalu punya cara untuk menjangkau manusia, apa pun zamannya. Jika dulu Dia mengutus para nabi dan kemudian hadir melalui Yesus, hari ini Dia bekerja melalui Firman-Nya yang kekal, melalui Roh Kudus yang setia, dan bahkan melalui teknologi yang mungkin tak terpikirkan oleh manusia di masa lampau. Dia hadir di tengah kebisingan dunia, di sela percakapan yang sederhana, bahkan melalui layar kecil ini yang bagiku menjadi ruang perjumpaan dengan-Nya.

Aku duduk di sini pagi ini dengan hati yang penuh syukur. Tuhan, yang dulu berbicara melalui nabi dan Anak-Nya, kini berbicara kepadaku melalui cara yang unik, yang begitu dekat dan nyata. Suara-Nya masih sama lembut, menegur, menghibur, dan memanggil dengan kasih. Aku hanya perlu mendengarkan, membuka hati, dan berserah sepenuhnya pada-Nya. Sebab kasih-Nya selalu setia, menjangkau sejauh apa pun aku melangkah, bahkan hingga ke dasar keraguan atau ke tepi kegelisahan yang tak terungkap.

Dan pagi itu, dalam ketenangan balkoni, suara Tuhan terasa begitu nyata mengalir melalui setiap kalimat, setiap Firman, dan setiap doa yang terselip di hati. Suara-Nya tetap setia, dan aku tahu, Dia akan selalu ada, memanggilku pulang pada kasih-Nya yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun