Sudah lama sebenarnya saya ingin menulis tentang hal ini, ngopi di Bali, khususnya sejak seorang teman dari Italia yang telah lama bermukim di Bali dan suka sekali berburu foto hal-hal yang unik mengunggah foto kedai kopi di halaman media sosialnya.Â
Ketika itu saya sedang bertugas di Maiduguri, Nigeria selama tiga bulan, dan sejak disana amat jarang bisa minum kopi dengan cita rasa kopi murni, kecuali sesekali dengan amat terpaksa menyeduh kopi saset yang rasanya buat saya tidak ber-aroma kopi sama sekali.Â
Sekali saya pernah blusukan ke beberapa toko mencari kopi "murni", memang saya menemukan tapi masih jauh dari memuaskan. Selain cita rasa dan aromanya, menikmati kopi paling enak bagi saya adalah menikmati suasana yang ada.Â
Berkumpul dengan teman, ngobrol kesana kemari sambil menyeruput kopi, apalagi kopinya, kopi nusantara yang sekarang banyak dikenal, merupakan hal yang benar benar nikmat.Â
Rasa kangen saya ngopi di Bali kembali tergugah saat foto kedai kopi di Denpasar diunggah ke media sosial oleh pak Pino teman saya orang Italia itu. Dan foto yang diunggah memang kebetulan salah satu foto kedai kopi kesukaan saya, kedai kopi Bhineka Jaya. Kedai kopi yang ada di pusat kota Denpasar ini menurut saya punya keunikan tersendiri, baik dari lokasinya yang berada di kawasan cagar budaya kota Denpasar (Denpasar Heritage) di Jalan Gadjah Mada dengan suasana pertokoan yang kebanyakan menjual kain khas Bali, dan dekat dengan pasar Badung, pasar tradisional terbesar di Denpasar.Â
Keunikan lain dari warung kopi ini justru karena tempatnya yang mungil dan selalu penuh dengan para penikmat kopi Bali yang rela duduk berdesakan menyatu dengan pembeli lain, sehingga tidak jarang kita harus berbagi meja bundar kecil dengan pelanggan lain.Â
Sebelum meninggalkan tanah air dan bertugas selama tiga bulan memang saya sudah sering berkunjung ke kedai ini karena lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat kerja.Â
Disini sering kami membuat janji untuk bertemu dengan beberapa sahabat dan kolega kerja untuk ngopi sambil ngobrol santai saat rehat dari pekerjaan. Kedai kopi ini awalnya adalah sebuah toko yang menjual produk kopi-Bali, sebuah toko yang sepertinya tidak dimaksudkan untuk melayani penikmat kopi secara langsung.Â
Namun menurut sepupu dari pemilik toko, Vivi, yang juga membuka sebuah cafe di kawasan Sanur (Simply Brew) karena banyaknya peminat, maka pemilik menyiapkan beberapa meja bundar kecil dan bangku sederhana untuk melayani penikmat kopi Bali. Jumlahnya tidak lebih enam meja bundar kecil dengan masing masing empat bangku bundar yang cuma cukup untuk duduk saja. Pemiliknya sendiri, pak Wirawan, bercerita bahwa awalnya membuka toko kopi ini tahun 1995 setelah studinya di negara Paman Sam selesai dan memutuskan untuk kembali ke Bali dan membuka toko kopi yang sekarang menjadi kedai kopi Bhineka Jaya. Â
Dia akan terlihat sibuk menanyakan apakah pengunjung sudah memesan kopinya atau belum atau mengarahkan pengunjung untuk dapat bangku untuk duduk meski harus bergabung dengan pengunjung yang lain.Â