Mohon tunggu...
Drajatwib
Drajatwib Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis amatiran

Menggores pena menuang gagasan mengungkapkan rasa. Setidaknya lebih baik daripada dipendam dalam benak, terurai lenyap dalam pusaran waktu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Menuju Damasak

2 Juni 2018   02:23 Diperbarui: 2 Juni 2018   02:53 883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama sebelum kembali

Di sana sini terlihat beberapa bangunan namun hampir semuanya dalam kondisi rusak dan tinggal puing puing. Tidak terlihat pohon besar yang hijau, kecuali ketika sudah mendekat ke lokasi posko operasi krmanusiaan yang juga disebut sebagai "Hub" yang sebenarnya hanya berjarak 4km dari camp militer dimana heli tadi mendarat.

Setelah bertemu dengan manajer hub dan melakukan aktifitas asesmen seluruh bangunan dan fasilitas hub secara menyeluruh, termasuk menemui petugas keamanan, mengecek kesiapan dan peralatan mereka, kami beristirahat disebuah tenda yang telah disiapkan dan melakukan diskusi pendalaman dengan manajer hub dan semua staffnya. Sisa waktu selama dua jam yang ada, siang itu saya manfaatkan untuk melakukan pengecekan ke kota Damasak. 

Bersama dengan Mohammed dan mobilnya yang mirip Toyota Kijang Kristal yang ngetop di era tahun 90an, saya menelusuri jalan menuju kota Damasak yang ternyata cuma berjarak kurang dari 1km dari hub. Cuaca panas terik dengan suhu mencapai 43C dan tanah yang berdebu disisi jalan membuat kebanyakan penduduk memilih tidur dibawah atap seadanya dipinggir pinggir jalan daripada beraktifitas dibawah terik matahari. 

Sebenarnya setelah menelusuri jalan utama beberapa kilometer kesan sebagai sebuah kampung kumuh lebih tepat untuk menyebut Damasak daripada sebutan Kota. Hanya ada beberapa rumah bagus dengan tembok tinggi dan salah satunya adalah milik Emir kota Damasak. Kebanyakan bangunan lain merupakan bangunan yang terbuat dari bahan seadanya, sebagian kayu, sebagian tembok dengan batu yang disusun tanpa semen. Sementara di kota Damasak pepohonan hijau lebih banyak terlihat. 

Dan siang itu, dibawah setiap pohon rindang selalu terlihat banyak orang, umumnya laki laki yang duduk atau tiduran ditikar yang digelar. Sedangkan disisi lain terlihat banyak ibu ibu dan anak kecil sedang berkumpul disisi jalan dengan tertib seolah berada dalam antrian. Dan tidak jauh dari situ sebagian ibu ibu terlihat membawa beberapa bungkus bahan makanan dan kaleng minyak goreng yang dibawa diatas kepala. Beberapa anak laki laki membantu ibunya mendorong gerobak kecil berisikan beberapa karung beras. 

Mohammed menjelaskan bahwa saat itu memang sedang ada pembagian makanan oleh beberapa lembaga kemanusiaan. Beberapa mobil polisi dan petugas bersenjata memang terlihat di lokasi pembagian, tidak jauh dari jalan yang kami lalui. 

Sekitar 3 km sejak masuk kota, jalan semakin menyempit dan berubah jadi jalan tanah, dan akhirnya harus berbelok masuk ke arah kiri, sebab sekitar 100 m dari posisi kami berbelok sudah merupakan perbatasan dengan negara tetangga, Niger. Seregu pasukan bersenjata lengkap berseragam loreng-gurun berjaga diperbatasan itu.

Kami berbelok menelusuri jalan tanah, melewati beberapa kumpulan orang yang sedang bercenkerama atau tiduran dibawah pohon yang rindang. Perjalanan kami teruskan melalui jalan tanah disamping sebuah sungai yang berair dangkal, kedalaman sekitar 70cm saja, sebab terlihat beberapa anak sedang memandikan kerbau ditengah sungai dan dengan badan kerbau yang masih terlihat ketika berdiri. 

Kami berhenti sebentar dan masih tetap dari dalam mobil, Mohammed menunjuk kearah seberang sungai selebar 50 an meter tersebut dan menjelaskan bahwa seberang sungai adalah wilayah negara tetangga, Niger, sedangkan posisi kami berada ditepian negara Nigeria. Meneruskan perjalanan melewati jalan kota yang mirip suasana kampung kumuh itu kami menyaksikan semakin banyak bangunan kumuh yang sebagian hampir rusak dan roboh. 

Disebuah sudut jalan terlihat beberapa anak kecil sedang memompa sumur bor dan mandi dari air sumur itu. Sedangkan disebuah pojok persimpang jalan yang lain kami melihat beberapa mobil milik palang merah internasional sedang berada disana mengantar tim yang sedang memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga kota itu. 

Sebuah klinik kesehatan yang melayani anak anak milik lembaga kesehatan internasional juga terlihat dipojok jalan yang lain. Kami sengaja tidak berhenti karena waku yang terbatas dan kembali ke hub, berkemas dan berpamitan dengan manajer hub serta seluruh staff. Tentusaja sesi foto bersama tidak bisa dilewatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun