Berangkat dari semakin banyaknya berita yang bermunculan mengenai penururan kunjungan wisatawan asing dan domestik di Bali belakangan ini, penulis yang tinggal di Bali mencoba untuk membuktikan sendiri seperti apa sebenarnya suasana beberapa tempat wisata di Bali yang selama ini tersohor sampai ke penjuru dunia, seperti pantai Kuta, kawasan Seminyak, Nusa Dua dan sekitarnya.
Beberapa media sebelumnya memuat informasi mengenai penurunan drastis jumlah wisatawan di Bali sebagai dampak aktifitas gunung Agung dan sikap cepat yang diambil ketua Perhimpunan Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali memberikan petunjuk dan himbauan kepada pengusaha hotel dan restoran di Bali untuk mengambil langkah-langkah manajemen untuk menghindarkan PHK pada karyawan dan memberikan bantuan informasi dari sumber yang dapat dipercaya kepada para wisatawan yang menginap di hotel-hotel mereka. Dalam berita yang dimuat di Tribun Bali tanggal 4 Desember 2017, ketua PHRI menyebutkan setidaknya ada sekitar 70,000 calon wisatawan membatalkan kunjungan ke Bali sebagai dampak dari travel warning yang dikeluarkan oleh beberapa negara asing terkait perkembangan aktifitas gunung Agung.
Beberapa sumber dari perhotelan baik yang berada di kawasan Sanur, Nusa Dua maupun di Kuta menyampaikan informasi serupa, yakni penurunan drastis kunjungan wisatawan yang menginap di hotel hotel mereka. Beberapa staff hotel di kawasan Nusa Dua kabarnya sudah mulai diliburkan untuk mengurangi jam kerja karyawan sehubungan dengan sepinya kunjungan wisatawan. Fakta ini sebenarnya cukup mengherankan, mengingat sebenarnya sejak mengalami penutupan dua hari berturut turut sebagai dampak dari sebaran abu vulkanik dari gunung Agung pada tanggal 29 dan 30 November 2017, bandara Ngurah Rai di Bali telah beroperasi secara normal hingga saat ini.
Bahkan aktifitas gunung Agung sejak tanggal 1 Desember 2017 sebagaimana dilaporkan secara terus menerus oleh PVMBG kepada publik baik melalui halalman Facebook maupun Twitter menunjukkan penurunan yang drastis. Sejak tanggal 1 Desember, lembaga Meteorologi Australia (BoM) memalui pos pemantauan debu vulkanik untuk keselamatan penerbangan di Darwin, Australia (Darwin-VAAC) pun sudah tidak menyampaikan advsori lagi, yang menandakan wilayah diatas Bali dan Lombok aman bagi penerbangan.
Siang ini penulis mencoba menelusuri beberapa jalan kawasan wisata Kuta dan sekitarnya untuk melihat secara langsung apakah pemberitaan selama ini benar adanya. Sebelum memasuki kawasan Kuta melalui jalan Imam Bonjol, penulis menyempatkan diri untuk mampir makan siang dulu di warung soto pak Doel yang berada di pojok jalan Patih Jelantik, seberang kawasan pertokoan Central Park, Kuta. Warung soto pak Doel yang nyempil ini memang sudah menjadi langganan penulis sejak kantor dulu berada di kawasan pertokoan ini, karena memang menurut penilaian penulis racikan bumbu soto ayam pak Doel memang paling enak yang pernah penulis coba di Bali.
Selama menikmati soto diwarung pak Doel, penulis sempat berbincang dengan pak Doel dan memperoleh informasi yang cukup mengherankan, khususnya terkait dengan sepinya kawasan Kuta belakangan ini. Menurut pak Doel sudah sekitar dua minggu belakangan ini pengunjung warung sotonya pun ikut ikutan berkurang.
Dagangan yang ia bawa dari rumah baru kali ini tersisa setelah warungnya tutup. Bahkan pagi ini, ia sudah bersiap sejak jam 10 pagi sampai dua jam berikutnya hanya ada beberapa pengunjung warungya, termasuk penulis. Sebagai catatan, selama ini warung soto pak Doel selalu laris manis, buka jam 10 pagi, biasanya jam 2 atau jam 3 sore sudah tutup, habis semua dagangan terjual. Mulai dua hari belakangan ini pak Doel hanya mempersiapkan dagangannya sedikit saja dan berharap tidak ada yang tersisa ketika pulang nanti.
Selepas dari warung soto pak Doel, penulis melanjutkan perjalanan ke arah jl. Raya Legian melalui jl. Patih Jelantik sepanjang 1.42 Km menuju simpang Jl. Raya Kuta dan Jl. Pantai Kuta. Biasanya jalan Legian baik disiang hari maupun malam hari selalu macet dan banyak wisatawan asing dan domestik jang berlalu lalang di jalan ini, namun siang ini terlihat benar-benar sepi.
Toko-toko dan restauran di kiri dan kanan jalan tetap buka seperti biasa, namun hanya terlihat beberapa wisman saja yang berjalan di trotoar kiri dan kanan jalan ini. Beberapa karwayan restauran; terapis pijat reflexology yang banyak dijumpai disepanjang jalan ini terlihat asik berbincang dengan sesama teman kerja maupun sibuk bermain gawai mereka sendiri. Motor-motor yang terlihat diparkir berderet rapi di beberapa ruas jalan inipun tampaknya bukann milik pengunjung, melainkan milik para para karyawan toko, restauran dan atau terapis tadi, sebab toko, restauran dan tempat reflexology terlihat tidak ada pengunjungnya.
Beberapa taxi berjalan perlahan sambil terus membunyikan klakson ketika berpapasan dengan beberapa wisman yang sedang berjalan-jalan berharap akan menggunakan jasa taxi nya. Beberapa pengemudi taxi lain memilih untuk nge-tem dan beristirahat dari teriknya kawasan pantai Kuta siang ini beberapa ruas Jl. Pantai Kuta sambil bercengkerama dengan sesama mereka dan sesekali berteriak lantang menawarkan taxinya ketika ada beberapa wisman dan wisdom yang berjalan keluar dari Gang Popies atau gang sekitarnya.