Mohon tunggu...
Azmi Sudrajat
Azmi Sudrajat Mohon Tunggu... profesional -

Seorang suami yang berusaha menjadi orang baik-baik. Tinggal di Amiens, Perancis.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kota yang Terlatih (Skilled City)

25 Februari 2010   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tidak setiap kota menjadi tujuan orang-orang. Ada banyak variabel yang dapat membuat sebuah kota menjadi tempat tujuan yang menarik. Diantara kota yang menjadi tempat tujuan (baik untuk tujuan permanen maupun bukan) adalah daerah metropolitan dan/atau kota besar.

Kita tentu telah sering mendengar alasan mengapa satu kota menjadi ramai. Muaranya, seperti sering kita dengar, adalah bahwa kota menjadi pusat perputaran ekonomi.

Tetapi, kegiatan ekonomi bukanlah alasan yang terlalu benar. setidaknya, kita mengetahui ada kota yang dahulu menjadi pusat kegiatan perekonomian, sekarang mengalami kemunduran (seperti Baghdad). Atau, kota "disalib" karena kemajuan yang dialami kota yang lain.

Apa yang membuat satu kota, yang dahulunya merupakan tempat yang biasa-biasa saja, dapat menyalib daerah yang lain, yang notabene menjadi pusat perekonomian?

Satu penjelasan yang menarik diberikan oleh Edward Glaeser, pakar Urban Development dari Harvard University. Menurutnya, kota-kota menjadi maju karena kota tersebut memiliki lebih banyak penduduk yang terdidik (educated resident). Fakta yang ia dapat menunjukkan, dengan jumlah penduduk yang sama atau lebih sedikit, kota yang memiliki lebih banyak penduduk terdidik mengalami pertumbuhan yang lebih cepat daripada kota yang jumlah penduduk terdidiknya lebih sedikit. Kota-kota yang memiliki jumlah penduduk terdidik yang banyak ini disebut sebagai 'Skilled Cities.'

Apa yang membuat skilled cities lebih maju dibanding yang tidak? Setidaknya ada tiga penjelasan yang dapat diberikan.

Pertama, skilled city merupakan kota konsumen. Penduduk yang terdidik memiliki konsumsi yang lebih beragam daripada penduduk yang tidak terdidik. Penduduk yang terdidik tidak hanya membeli konsumsi untuk kebutuhan pangannya saja. Mereka juga mengonsumsi barang lain untuk perkembangan intelektualnya, seperti buku atau sarana pendidikan. Mereka juga membutuhkan sarana hiburan untuk melepaskan lelah setelah bekerja. Mereka juga tidak selalu masak di rumah, mereka membutuhkan tempat makan yang banyak untuk menambah variasi menunya. Mereka juga banyak yang bekerja di kantor, dan kantor ini membutuhkan barang-barang (seperti: komputer, printer, kertas faks, dll) untuk menunjang kegiatannya. Jadi, konsumsi menggerakkan perekonomian.

Kedua, skilled cities merupakan pusat informasi dan ide. Ide merupakan produk intelektual yang khas. Penduduk terdidik yang lebih banyak memungkinkan satu kota untuk menghasilkan lebih banyak ide. Ide-ide ini akan menyebar ke segenap penjuru yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas kehidupan di kota tersebut.

Ketiga, skilled cities merupakan kota yang banyak mengadopsi perkembangan teknologi. Glaeser (2003) menyatakan bahwa satu kota hanya akan survive bila dapat mengadopsi perkembangan teknologi. Pengadopsian teknologi ini membutuhkan penduduk dengan kriteria-kriteria yang memungkinkan teknologi itu berlangsung dengan semestinya.--*

sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun