Mohon tunggu...
Sudrajad Yudo Putra
Sudrajad Yudo Putra Mohon Tunggu... -

Sudrajad Yudo Putra, Biasa di panggil Drajad ini sekarang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi UIN MALIKI Malang jurusan Psikologi. ranah menulis telah digelutinya ketika duduk di bangku MAN. Jejaknya sampai kini tetap ingin dikembangkan. yang awalnya suka menulis sastra, sekarang ingin memulai menulis literatur yang berbau artikel. dan masih berlatih untuk berkembang menjadi lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ketika Filsafat Dualisme Bersyahadat

24 Maret 2014   06:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:34 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa adanya dua substansi yang masing-masing mandiri dan tidak saling bergantung yakni dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti. Kaitannya dengan manusia adalah, dunia yang dapat diindera adalah badan kita dengan alasan dapat dilihat. Sedangkan yang dapat dimengerti adalah jiwa dengan alasan tidak dapat dilihat atau diraba tapi masih bisa dirasakan, maka dari itu dapat dimengerti.

Plato membedakan manusia atas dasar Jiwa dan Badan. Kedua ini tidak dapat menyatu alias berpisah satu sama lain. Sehingga ketika terjadi hubungan yang tidak sinkron itu wajar dan pasti terjadi.

Misalnya saja ada kakak adik yang masih di bawah usia remaja dan telah menjadi yatim piatu. Dia mencuri dengan alasan ingin memberikan makan kepada adiknya yang kebetulan ketika itu tidak ada persediaan untuk dimakan. Ini membuktikan bahwa jiwa boleh baik. Tapi akankah perilaku menunjukkan kebaikan pula. Belum tentu.

Sebaliknya, ada seseorang yang telah berperilaku baik, tapi didasari oleh niat buruk. Contohnya : ada seorang hamba yang sedang naik haji, dengan didasar karena ingin dipanggil pak haji. Bukankah niat yang benar adalah untuk menyeru panggilan Allah SWT. Bukankah itu melenceng.

Jadi benar apa yang disabda oleh Rasulullah SAW yang berbunyi “Innamal a’malu bin niat” sesungguhnya amal tergantung pada niat. Jika amalnya baik dan niatnya baik. Maka sempurnalah amalnya. Tetapi ketika amalnya baik tapi niatnya buruk. Maka keburukan akan mengikutinya, tak ada imbalan positif yang diperoleh.

Maka disinilah letak Islam menjadi penyelaras atas kedua-keduanya. Antara jiwa dan badan disamakan. Perlu latihan agar kedua yang berbeda dapat menjadi kesatuan yang memiliki satu tujuan dan peran yang baik. Wallahua’lam bishowab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun