Kali ini saya akan membahas tentang pencarian jodoh. Pembahasan yang sedikit rumit-rumit mudah tetapi sangat lekat dengan setiap insan, karena jodoh memiliki daya tarik sendiri bagi setiap orang.
Okay, jadi begini. Ketika saya kuliah psikologi perkembangan, kebetulan Bu Dosen menjelaskan tentang jodoh, statementyang beliau ungkapkan adalah “jodoh adalah rezeki”. Dimana jodoh tidak usah dicari, seperti rejeki yang datang, tidak usah bingung berpikir tentang siapa jodohku, dimana jodohku, karena suatu saat jodoh itu datang dengan sendirinya. Jodoh ada di Tangan Tuhan. Toh, jodoh kita sudah digariskan oleh takdir masing-masing.
Mungkin untuk kaum Hawa, statementini bisa berlaku, tetapi tidak untuk kaum Adam, yang harus mencari pendamping hidupnya kelak mampu mengisi isi hatinya. Menemaninya disaat suka maupun duka, yang mampu menghiasi kehidupannya, mampu menjadi penyegar hatinya, seperti danau di padang pasir.
Jodoh memang salah satu hal yang telah ditakdirkan oleh-Nya. Jodoh ada di Tangan Tuhan, tetapi cobalah kita berpikir sejenak, Jodoh yang di Tangan Tuhan, jika kita tidak mau mengambilnya, maka jodoh kita tetap akan di Tangan Tuhan. Dan akan tetap diam disitu, dan mungkin saja akan diambil oleh orang lain. Persis seperti saudara saya yang tidak menikah hingga berusia tua.
Jodoh mungkin bisa diibaratkan seperti rejeki, persis dengan apa yang dikatakan oleh Bu Dosen saya. Okelah aya setuju dengan statement dari beliau. Dulu, saya pernah mengikuti pengajian besar dari HIMMABA, sebuah komunitas dari alumni Tambakberas di Malang pada tahun 2013. Saya lupa nama pembicaranya, tetapi beliau sempat menjelaskan tentang rejeki. Rejeki itu terbagi menjadi dua. Pertama, rejeki yang datang dengan sendirinya, yang oleh Allah SWT berikan kepada hambaNya biasanya berupa makanan pokok, ibarat burung yang mampu mendapat pakan setiap harinya di sawah tanpa memikirkan hari esok bisa makan lagi atau tidak. Rejeki ini adalah rejeki yang membuat makhlukNya bertahan hidup, tetapi ada rejeki lain yang butuh usaha keras dalam mencapai rejeki itu, seperti kita menginginkan sebuah mobil, menginginkan sebuah baju bagus, menginginkan sebuah rumah, untuk memenuhi ini, dibutuhkan sebuah usaha, kerja keras. Sehingga dibutuhkanlah sebuah pilihan hidup yang cocok untuk mencapai keinginan tersebut. Rejeki model ini, rejeki selain makanan bersifat usaha , rejeki ini adalah rejeki dalam arti yang kedua.
Jika disimpulkan bahwa jodoh seperti rejeki, ada dua hal. Pertama, Jodoh yang datang tanpa usaha dan kedua, jodoh yang didapat karena usaha. Biasanya, jodoh yang datang tanpa usaha ini harus diterima apa adanya, karena kita menerima apa yang diberikan oleh Allah SWT. Bukan berarti buruk, tetapi itulah yang terbaik untuk kita, yang sesuai dengan diri kita. Berbeda dengan jodoh yang di dapat dengan adanya usaha, yang diperoleh dengan kerja keras, entah itu kerja keras yang tanpa disadari maupun yang disadari. Disadari adalah mereka yang memang memilih atau menerima jodohnya secara sadar dengan melakukan istikharah dan usaha, atau yang tanpa disadari seperti kebanyakan anak sholeh/sholehah yang dipilihkan jodohnya oleh orang tuanya atau gurunya.
Penjelasan lebih lanjut dengan dua halnya rejeki tadi, yaitu rejeki pertama, harus terima apa adanya dengan apa yang didapat(jodoh yang biasa-biasa saja), rejeki kedua, akan menghasilkan jodoh yang ada apanya(ada sesuatu kenapa harus memilih jodoh tersebut, biasanya berdasarkan bobotnya, agamanya, keahliannya, dll).
Rejeki yang baik adalah rejeki atas usaha tangannya sendiri, begitu juga jodoh bagi kaum laki-laki, yaitu jodoh yang baik adalah jodoh yang didapat atas pengorbanannya sendiri, dan datang kepada calon istrinya sebagai pangeran. Begitu juga perempuan, menerima rezeki terimalah seperti orang yang zuhud, yang masih berpikir secara hati-hati tentang rejeki yang halal, yang masih meneliti ulang kehalalan rejeki tersebut, maka terimalah jodohmu secara hati-hati, yang mampu mengayomi keluarga, mampu menghidupkan cahaya sakinah, mawaddah, wa rahmah.
Dipertegas lagi, bahwa jodoh itu perlu usaha. Jika tidak, maka, jodoh akan tetap di Tangan Tuhan. Salah satu bentuk usaha dalam jodoh-menjodohkan akan menjadi permasalahan yang sedikit rumit, tetapi ada beberapa hal yang memudahkan dalam pencarian jodoh. Ketika saya duduk di MAN, ada satu guru yang sangat inspiratif, beliau adalah pengasuh pondok, biasa dipanggil Gus Kholiq. Beliau mewasiatkan kepada kami beberapa kalimat tentang perjodohan, “laki-laki berhak memilih, sedangkan perempuan berhak menerima atau menolak”. Inilah yang menjadi dasar yang adil bagi perjodohan. Dimana laki-laki memang harus mampu memilih pendamping hidupnya dengan cara usaha(ikhtiar) dan istikhoroh(memohon kebaikan). Sedangkan perempuan harus menjaga kehormatannya jangan sampai perempuan yang mengungkapkan perasaannya kepada lakilaki, jika memang perempuan tersebut tidak suka dan tidak cinta dengan laki-laki yang melamarnya, maka katakanlah. Jika memang suka dan cinta dengan laki-laki yang melamarnya maka terimalah supaya tidak terjadi sakit hati di masa datang. Wallahua'lam bisshowab.
Malang, 4 November 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H