Mohon tunggu...
Khudori Husnan
Khudori Husnan Mohon Tunggu... Freelancer - peminat kajian-kajian budaya populer (https://saweria.co/keranitv)

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sisi Lain Jimat NU

9 Maret 2014   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat 7 Maret 2014 bertempat di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin Taman Ismail Marzuki Jakarta dilangsungkan peluncuran buku Jimat NU (Arruz Media, 2014). Berikut ini laporan dari Sahlul Fuad tentang acara tersebut:


Sastrawan Ahmad Tohari menyatakan bahwa jimat NU yang sebenarnya adalah taswiruf afkar. Taswirul afkar inilah yang menjadi khittah NU yang sebenarnya, yaitu NU sebelum era Komite Hijaz. Pria yang selalu bertopi ini menyayangkan jika orang NU tidak lagi mau berpikir dan menulis. Karena, lanjutnya, orang yang bepikir satu menit sama dengan beribadah 60 tahun. Hal ini disampaikan dalam peluncuran dan diskusi buku Jimat NU di PDS HB Jassin Jakarta, Jumat (7/3).

“Saya sampaikan kepada para kiai kampung dalil begini, barangsiapa yang berpikir satu menit saja, sama dengan dia beribadah 60 tahun. Saya sangat senang bisa merumuskan dalil ini. Karena berpikir itu sangat penting bagi bangsa ini. Oleh karena itu  saya mengajak anak-anak muda NU untuk terus berpikir dan menulis. Karena usia saya dan Gus Mus sudah di atas 60 tahun,” ungkap penulis Novel Ronggeng Dukuh Paruk.

Sementara itu, Lukman Hakim Saifuddin menilai buku Jimat NU ini salah satu bentuk cara kaum muda NU menjaga dan merawat NU ini. Karena jimat, lanjutnya, dapat dimaknai sebagai sesuatu yang memiliki tuah atau manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Buku Jimat NU ini juga dinilai sebagai upaya para penulis buku untuk menjaga tradisi yang biasa dilakoni oleh kalangan nahdliyyin sejak lama hingga era mutakhir dengan pendekatan fenomologi, bukan dalil-dalil fiqh yang biasa dilakukan oleh para pendahulunya. Meski demikian, Wakil Ketua Umum DPP PPP ini berpendapat berpendapat bahwa khittah NU adalah jimatnya NU yang paling ampuh hingga saat ini. Sayangnya, menurut Lukman, dalam buku Jimat NU ini tidak ditemukan tulisan khusus tentang khittah ini.

“Bagi saya khittah NU ini merupakan jimat yang luar biasa. Karena khittah NU itu tidak hanya bicara tentang paham tertentu mengenai teologi, fiqih, dan tasawuf, tetapi juga di dalam khittah NU itu berhasil merumuskan hubungan antara agama dan negara, khususnya Pancasila. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman NU muda ini akan menuliskan secara khusus tentang khittah NU ini,” kata Wakil Ketua MPR RI ini.

Membaca buku Jimat NU ini bagi Yudi Latif seperti menertawakan tradisi sendiri, tapi menonjok keluar. Yudi juga menilai bahwa buku yang berisi 16 tulisan jamaah NU Miring ini semacam manifesto pemberontakan dari pengetahuan-pengetahuan yang terpinggirkan oleh narasi modernisme. Walaupun terkesan main-main, tulisan dalam buku ini memberikan landasan berpikir implikasi yang sangat mendalam bagi cara berpikir bangsa ini.

“Jimat NU ini merupakah langkah awal untuk menggugat ulang cara berpikir. Dan ini bisa memasuki rana antropologi pengetahuan, sosiologi pengetahuan, dan filsafat pengetahuan. Terus terang saya betul-betul terkejut dengan isi buku ini. Karena ketika melihat judulnya semula saya menilai tidak sesuai dengan bidang saya, tapi begitu saya membacanya ternyata di luar dugaan saya. Dan saya kira ini adalah karya yang sangat orisinil yang pernah dihadirkan di Indonesia ini,” papar penulis buku Negara Paripurna ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun