Belajar Memasang Pembalut
Menghadapi anak gadis baik di sekolah maupun di rumah tidak akanjauh beda permasahannya. Mulai dari masalah jatuh cinta sampai masalah sakit perut saat haid datang. Kejadian ini alami adanya tidak pandang apakah itu anak yang mengalami hambatan intelektual atau anak-anak pada umumnya mereka para gadis akan mengalami hal yang sama. Tak jarang seorang murid yang bersekolah di SLB akan libur selama datang bulan. Dengan alasan demikian anak merasa bebas untuk tidak masuk sekolah. Hal ini tentu akan mengganggu pelajarannya karena ini berlangsung tidak hanya sehari atau dua hari saja. Sebenarnya anak tidak datang kesekolah disebabkan faktor kecemasan dari orang tuanya karena takut nanti akan berlepotan selama berada sekolah dan akan menyusahkan gurunya. Hal ini tidak akan terjadi apabila kita mempersiapkan anak gadis kita untuk mengalami hal ini kerja sama yang baik antara guru dan orang tua sangat diperlukan karena anak tidak selamanya berada disisi kita juga datangnya haid bisa jadi saat anak sedang berada di sekolah.
Pada kurikulum KTSP untuk anak Gangguan intelektual terdapat program Pendidikan Menolong Diri Sendiri (PMDS) dimana tujuan pembelajaran ini menekankan pada upaya agar anak dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Pada Standar kompetensi di tuliskan bahwa anak mampu mengurus diri dengan kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada anak
yaitu memasang pembalut wanita. Pemasangan pembalut wanita ini sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari anak, khususnya anak perempuan yang lagi puberitas berkisar sekitar umur 9-12 tahun yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Tidak sedit anak-anak ini menyebut pembalut dengan nama pampers seperti yang dipakai adik bayinya. Namanya saja sudah salah apalagi cara memakainya nanti. untuk itu perlu diajar kepada anak mulai dari adab sedang haid, cara bergaul dengan teman sejenis , sikap duduk perlu diketahui anak. Hal ini tidak bisadiajarkan dalam satu kali pertemuan saja tapi harus disampaikan sesering mungkin. Dalam pelajaran yang berkharakter semua bisa dikaitkan tidak hanya dalam pelajaran PMDS. Dalam pelajaran PMDS baru dititik beratkan dengan cara pemasangan pembalut itu sendiri. Adapun tahap-tahap yang harus dilalui berupa:
1.Tahap Persiapan yaitu guru menyampaikan apa pelajaran yang akan dipelajari besokapa saja peralatan yang harus dipersiapkan sehingga pelajaran bisa diberikan secara langsung dengan peralatan yang kongrit sehingga anak benar-benar faham dengan apa yang akan diajarkan.
2. Tahap Pelaksanaan yaitu langkah-langkah dalam memasang pembalut
pemasangan pembalutkenalkan macam-macam pembalut dan cara pemasangannya mulai dari arah luar dan dalam , muka dan belakang.
Menyiapkan celana dalam, mengambil pembalut yang akan dipasang,
Membuka plastik luar dari pembalut. Dalam konteks ini Anak diminta langsung untuk memasangkannya ke bagian dalam celana dalam.
Anak juga dibimbing untuk menarik lapisan yang melindungi bagian
perekat di bagian belakang pembalut. Membimbing anak untuk meletakkan bagian yang berpelekat ke bagian tengah celana dalam, dengan memperhatikan garis batas celana.
Memasangkan celana dalam secara langsung mulai dari bawah dengan mengangkat kaki kiri atau kanan.
. 3. Tahap Evaluasi. Pada tahap
Melihat sampai dimana kemampuan yang dicapai anak hari itu dalam belajar memasang pembalut sehingga guru dapat memantau dan mempersiapkan langkah selanjutnya.
Dalam menyampaikan pelajaran ini sebaiknya anak laki-laki tidak ada didalam kelas yang sama. Untuk anak laki-laki bisa diajarkan pelajaran lain mencukur jenggot atau memakai minyak rambut misalnya. Karena apabila di samakan anak perempuan dan anak laki-laki pelajaran terlihat tidak serius mereka akan tertawa malu-malu selama menerima pelajaran dan ini akan membuat rasa ingin tahu anak laki-laki yang kurang menguntungkan. Guru cukup member tahu bahwa anak perempuan akan belajar memasang pembalut jadi kalian nanti akan belajar pelajaran lain karena anak laki-laki tidak mengalami datang bulan. Mereka akan menerima dan tidak akan merasa ada hal yang aneh.
Pelajaran memasang pembalut apabila sudah pas bisa dilanjutkan dengan cara membersihkan pembalut seblum diganti dan dibuang. Sehingga anakkita bisa hidup ditengah masyarakat tanpa tergantung pada orang tua atau pembantunya. Demikianlah semoga anak gadis yang mengalami gangguan intelektual bisa tampil percaya diri tanpa ada rasa cemas dari orang tuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H