Mohon tunggu...
Lifya
Lifya Mohon Tunggu... -

Guru anak berkebutuhan khusus spesialisasi Tunagrahita. Mengabdikan diri di SLB Wacana Asih Padang. Sumatra Barat. Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sudah Saatnya Anak Berkebutuhan Khusus Belajar Mandiri Oleh Dra. Lifya

29 Agustus 2014   21:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar menyetrika pakaian di sekolah

Hampir semua orang tua anak yang mengalami gangguan intelektual mempunyai harapan yang sama yaitu anaknya kelak bisa hidup mandiri dan berguna bagi orang lain. Untuk menjadi bermanfaat bagi diri sendirir dan bagi orang lain latihan yang kontiniu perlu diberikan kepada anak. Tidak lah tepat rasanya bagi anak yang mengalami intelektual sedang terus dituntut untuk belajar secara akademik dengan muatan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sarat dengan tuntutan kognitif. Bagi anak yang mengalami gangguan intelektual. kalaupun ada pelajaran akademik yang disampaikan di sekolah itu mungkin yang dasar-dasar saja. Hal tersebut berkaitan dengan pelajaran matematika yang nantinya anak bisa menggunakan mata uang untuk keperluan sederhana atau bisa membaca dan menulis kalimat sederhana pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Banyak program yang dibuat untuk mencapai kemandirian anak tersebut tapi yang harus diperhatikan apakah program yang dibuat itu sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi anak yang motoriknya masih kaku atau daya fikirnya yang rendah.sehingga program yang dibuat dengan susah payah menjadi dokumen yang tak berharga. Setelah mengetahui kebutuhan yang paling mendasar maka dibuatkanlah langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan perkirakan waktu yang diperlukan untuk mencapai hasil. Waktu yang diperkirakan tidak perlu terburu-buru untuk segera mengakirinya karena kita akan melakukan suatu perubahan dari tidak bisa menjadi bisa dari tidak biasa menjadi biasa. Mungkin perlu waktu paling sedikit satu semester untuk belajar menyetrika sebuah kemeja. Dalam mengajarkan meyetrika kemeja tidak mungkin langsung kemeja yang disetrika. Hal ini dimulai dengan mnyetrika sebuah sapu tangan terlebih dahulu karena di dalam proses itu anak juga akan belajar cara menghidupkan sertika, mencolokan kabel , menyiapkan alat untuk menyetrika ,mengalasnya dan mematikan setrika serta merapikan alat-alatnya. Dari situ dapat kita ketahui banyak langkah-langkah yang mesti kita lalui yang menurut pikiran orang normal itu merupakan hal yang sepele dan dapat dicapai dalam waktu yang sekejap.

Bisa menyetrika sudah merupakan suatu pengalaman yang berharga yang dimiliki anak. Anak akan berharga ditengah keluarga karena ia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik. Hasil kerja anak inipun harus dihargai jangan langsung member penilaian yang mematahkan semangatnya. Walaupun kusut-kusut sedikit biarkan ia tetap memakainya. Katakan kepada orang yang dekat padanya bahwa anak kita sudah bisa menyetrika bajunya sendiri. Masya Allah ini akan berdampak sangat besar pada perkembanagan anak. Demikianlah ini sedikit berbagi pengalaman bukan maksud untuk menggurui Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun