[caption id="attachment_330903" align="aligncenter" width="491" caption="Images: infoindonesia.files.wordpress.com"][/caption]
Salah satu materi perdebatan Capres beberapa waktu silam antara Prabowo dan Jokowi menyinggung soal bahasan mengenai pembelian sejumlah tank Leopard yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia yang akan datang sekitar akhir tahun 2014 ini. Dalam perdebatan itu Jokowi tidak setuju terhadap pembelian Leopard karena kondisi jalan dan jembatan Indonesia tidak cocok jika dilewati oleh Tank yang berbobot lebih dari 62 ton tersebut. Argumen Jokowi jalan dan jembatan kita akan rusak kalau dilewati oleh tank seberat itu.
Argumen lain dari pakar teknologi yang bertindak sebagai managing Director Rheinmetall Landsysteme, Harald Westerman. Dengan teknologi, beban 62 ton akan dibagi dalam banyak titik, sehingga beban per 1 cm persegi hanya 0,69 Kg. "Beban ini lebih ringan dibanding beban sepatu hak tinggi yang dipakai seorang perempuan," kata Harald Westerman memberikan perbandingan serius terkait beban tank Leopard. Penjelasan ini disampaikan Westerman seusai penyerahan simbolis tank Leopard dan Marder tahap pertama di pabrik Rheinmetall, Unterluss, Jerman.
Pembagian beban Leopard yang hanya 0,69 kg per 1 cm persegi terjadi karena Leopard menggunakan roda rantai yang bisa membagi beban dalam banyak titik. Beban per cm persegi ini akan semakin berkurang tatkala Leopard dalam keadaan bergerak. Semakin Leopard bergerak lebih cepat, maka beban terhadap permukaan akan semakin kecil.
Karena itu, Westerman membantah keras anggapan bahwa Leopard tidak cocok digunakan di Indonesia karena bisa merusak jalan raya dan jembatan. Menurut dia, tank Leopard cocok digunakan di berbagai medan, termasuk di Indonesia. Leopard tidak akan membuat jalan beraspal maupun tanah ambles. "Hanya di rawa saja Leopard tidak bisa digunakan," . Ujarnya.
Saya setuju kalau pernyataan Jokowi kalau sebaiknya Indonesia tidak banyak mengimpor alutsista dari negara asing dan lebih banyak mengembangkan industri pertahanan Indonesia, namun bukan berarti pembelian tank Leopard jenis main battle tank asal Jerman itu tidak perlu. Karena Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, sementara Australia dan Singapura yang posisinya strategis mengapit Indonesia saja sudah memiliki banyak tank sejenis dan siap unjuk kekuatan pada bangsa kita.
Selain itu kondisi perang (mudah-mudahan jangan ada perang) menurut saya sudah bukan lagi untuk memikirkan jalanan rusak dan sebagainya. Karena tanpa tank pun kalau kita diserang bangsa asing sudah pasti jalan, gedung dan infrastruktur hancur dibombardir. Celakanya justru kalau kapal Induk musuh membawa Tank-tank leopard mereka, sama saja kan akhirnya jalanan juga rusak akibat leopard musuh? Indonesia diapit singapura dan australia, kedua negara tersebut telah memiliki Jadi logikanya lebih baik kita menangkal serangan dengan unjuk kekuatan yang kita miliki ketimbang keburu diserang karena tahu kekuatan bertahan kita tak seberapa.
Jadi kalau kita masih memikirkan jalan dan jembatan yang rusak akibat perang itu terlalu tak beralasan. TNI dalam hal ini kementrian pertahananpun tentunya juga telah menimbang dan membahas masak-masak sampai akhirnya memutuskan untuk membelinya. Mereka juga punya ahli dalam masalah ini, hal ini terbukti juga dilakukannya uji coba sebelumnya yang dilakukan oleh Tim dari Pindad di jerman.
Menurut anda mana argumen yang lebih masuk akal? silahkan dianalisa sendiri. Pendukung capres yang emosional tentu akan membela membabi buta dan mati-matian capresnya. kadang nalar dan logika juga tak digunakan, seolah jagoannya lah yang paling benar. Pokoknya apapun alasannya jagonya yang paling benar (Titik). Tapi sekali lagi kita belajar untuk memilih dengan rasional bukan emosional. Pendukung emosional akhirnya terlalu reaktif dan justru malah menulis hal-hal gak nyambung diluar capres jagoannya, tidak menjual capres idolanya, tapi malah menyerang penulis blog dikompasiana hehe..
Parade Tank Leopard Singapura
[caption id="attachment_330904" align="alignnone" width="490" caption="Tank Leopard Singapura, Fp: Indonesia Army"]