[caption id="attachment_292976" align="aligncenter" width="300" caption="shutterstock"][/caption] Saya pernah tinggal di rumah susun selama 3 bulan, ketika waktu itu sedang mengikuti pelatihan workhsop kesehatan di Ibu kota. Pandangan masyarakat akan rumah susun mungkin masih dianggap sebagai hunian bagi masyarakat kelas menengah bawah. Namun pendapat itu sepertinya tak selalu benar, karena di rumah susun yang saya tinggali waktu itu dihuni oleh mereka orang-orang yang mempunyai pekerjaan mapan. Ada rekan dokter, wartawan, hakim, dan polisi yang tinggal disana. Di lahan parkirnya pun berederet mobil terparkir mulai yang biasa hingga mobil yang berkategori mewah. Rumah susun dapat juga diartikan sebagai apartment versi sederhana. Perbedaan keduanya jika di apartement semua fasilitas tersedia, sementara di rumah susun fasilitas serba terbatas. Sebagai contoh beberapa kondisi rumah susun  di beberapa wilayah jakarta kami perhatikan kondisinya hampir sama, dimana tidak memiliki sistem sanitasi yang baik, utamanya berkaitan dengan pengelolaam sampah. Belum lagi masalah ventilasi dan jendela yang berfungsi untuk masuknya cahaya matahari juga dirasa masih kurang memadai. Hal sangat berisiko menimbulkan berbagai penyakit bagi penghuni rumah susun itu sendiri. Privasi tinggal di rumah susun juga menurut saya menjadi sangat kurang. Boleh dibilang selama tinggal dirumah susun saya seringkali mendengar tetangga sebelah rumah bertengkar (suami-sitri), belum bayi yang menangis tak berhenti dimalam hari, bunyi radio, tv yang keras, orang mendengkur, hingga tetangga yang ngerumpi pun suaranya bisa sampai rumah susun yang saya tempati. Pernah juga waktu itu saya coba untuk pindah ke blok lain di rumah susun yang saya tinggali tapi setelah saya perhatikan suasananya juga tak jauh beda dengan blok rumah susun kami. Tinggal di rumah susun membuat waktu berinteraksi sosial dengan orang lain menjadi lebih banyak. Bayangkan saja ketika pada pagi hari kita membuka pintu keluar rusun sudah disambut oleh puluhan tetangga yang juga sedang akan beraktifitas. Beruntung tetangga rusun  saya ramahramah walaupun ada 1-2 orang agak cuek. Saat ada tetangga yang sakitpun mereka juga  tanggap untuk saling bantu dan tolong, pernah waktu itu saya dibangunkan ditengah malam oleh tetangga sebelah kamar karena mendengar tetangga di blok sebelah tiba-tiba anaknya kejang-kejang. Memilih tinggal di rusun bagi sebagian orang mungkin menjadi  pilihan sulit yang terpaksa harus diambil. Namun jangan jadikan hal itu menjadi sebuah beban, agar kita tetap kerasan dan tidak jenuh tinggal disana. Oleh karena itu saya coba bagikan beberapa tips nyaman dan sehat bagi anda yang akan memilih tinggal di rumah susun sebagai berikut ini : 1. Pilih rumah susun yang lingkungannya aman, dekat dengan fasilitas umum (sekolah, masjid, pusat perbelanjaan, rumah sakit/klinik) 2. Rajin membersihkan rusun, buang sampah pada tempatnya,  membuka jendela disiang hari, supaya rumah tidak jadi sarang penyakit. 3. Awasi penggunaan kompor, gas, air dan listrik untuk menghindari terjadinya kebakaran dan kebanjiran. 4. Bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik terhadap warga penghuni rusun agar tercipta hubungan harmonis diantara penghuni yang berasal dari berbagai profesi dan kalangan yang berbeda. 5. Rajin membayar iuran (air, listrik, sampah, iuran kebersihan, keamanan dan lahan parkir). Tinggal dirusun memang penuh suka duka, murahnya sewa, dekatnya dengan lokasi kerja, mempunyai banyak kenalan baru dari berbagai profesi, menjadi salah satu keuntungan tinggal di rusun. Tapi kurangnya privasi, minimnya fasilitas yang memadai, lingkungan yang kurang sehat barangkali juga membuat masih banyak orang enggan untuk tinggal di rumah susun. Semoga kedepan pemerintah dan pengembang rumah susun lebih memperhatikan pembangunan rumah susun, agar lebih diminati dan menjadi solusi mengatasi kebutuhan rumah layak huni, serta menekan penyerobotan lahan pertanian yang dialihkan menjadi lahan perumahan yang belakangan marak terjadi. salam sehat, dr. Wahyu Triasmara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H