Mohon tunggu...
Dr. Dewangga Yudhistira
Dr. Dewangga Yudhistira Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Cogito Ergo Sum - Descartes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Olahraga Disabilitas: Aksi, Motivasi, dan Prestise

10 Desember 2023   00:52 Diperbarui: 10 Desember 2023   01:35 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini ditemain RUMPI (RUang sunyi untuk berMimPI). Ada rasa syukur dan beruntung akan kenikmatan yang diberikan Allah SWT.  Malam ini saya  menulis dengan hati dan tanpa sadar. Tulisan ini mengalir dengan apa yang saya pikirkan berdasarkan beberapa bincang dengan kawan. Yakin sekali, saya menulis ini mengalir tidak adanya kritik dan koreksi dari pikiran sadar saya. Malam ini, setelah bincang santai di kafe dengan Mas Wahyu Genjot, saya harus mencurahkan rasa syukur melalui tulisan ini. 

Kebetulan Mas Wahyu Genjot merupakan pelatih tennis kursi roda. Malam ini menurut saya adalah "RAGU" (Rasan-rasan malam minggu) yang berkualitas, artinya banyak yang diperbincangkan dan timbul inovasi cemerlang yang bisa menjadi sebuah konsep perubahan dalam hal yang baik tentunya. Kali ini kajian kami adalah tentang penyandang disabilitas khususnya bagaimana penyandang disabilitas dapat menemukan kekuatan berupa aksi nyata, motivasi (perjuangan) dan prestise dalam arti prestasi olahraga dan kehidupan yang lebih baik.

Simpati dan takjub melihat orang-orang hebat dapat berprestasi dalam bidang olahraga khususnya penyandang disabilitas. Tentunya khalayak sudah mengetahui apa itu disabilitas. Secara singkat disabilitas merupakan keadaan individu yang mengalami keterbatasan dari segi mental, intelektual dan fisik. Dalam hal ini, sisi menarik yang perlu dikaji adalah bagaimana penyandang disabilitas dapat menjalani hidupnya lebih bermakna. Bagaimana penyandang disabilitas dapat berdamai dengan keadaannya. Dalam hal ini, penyandang disabilitas dapat mengubah kekurangan menjadi kelebihan dan terkadang dapat melebihi apa yang dilakukan oleh orang normal.

(1) Kisah seorang atlet tennis kursi roda: yang dipandang sebelah mata, dianggap remeh, kutukan. Melalui berdoa, berikhtiar, dukungan keluarga dan berlatih atlet tersebut bisa menemukan kehidupannya lebih bermakna dan secara sadar beliau mengatakan bahwa kekurangan ini menjadikan kelebihannya serta anugerah. Sehingga atlet tersebut dapat berdamai dengan kekurangannya dan menemukan arti bahwasanya rasa syukur dan terus berjuang tak kenal lelah adalah hakikat manusia sukses. 

(2) Kisah seorang atlet tennis kursi roda: yang dahulunya adalah atlet tennis normal. Beberapa saat mengalami kecapekan, kemudian melakukan treatment dan rendam air hangat. Namun takdir berkata lain, kaki mengalami infeksi dan menjalani amputasi. Atlet tersebut sempat malas untuk menjalani hidupnya dan tidak bisa berdamai dengan keadaan yang dideritanya. Keluarga dan pelatih terus memberikan semangat sehingga menemukan motivasi kembali dan berkiprah dalam olahraga tennis kursi roda. Prestasi yang ditunjukkan juga lebih baik daripada ketika masih mengikuti tennis secara normal. Selain itu, dapat menemukan arti bahwa menjalani apa adanya, terus berlatih,  menjaga kesehatan mental dan motivasi adalah sifat kesatria yang sesunggunya. 

(3) Kisah seorang atlet tennis kursi roda: yang dahulunya berjuang dari 0, dicaci, diremehkan, dianggap tidak mampu.  Namun dengan berbekal keyakinan dan dukungan dari keluarga serta teman-temannya dapat menunjukkan prestasi dalam bidang olahraga khususnya tennis kursi roda. Atlet tersebut menganggap bahwasanya kekurangan inilah yang menjadi pemicu saya untuk berjuang menjadi kebanggan keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung saya. Menurutnya sakit dan bosan dalam berproses boleh, namun jangan ada kata berhenti ketika apa yang dicita-citakan belum tercapai. 

(4) Kisah seorang atlet tennis kursi roda: merupakan quad tennis kursi roda lemah kaki dan tangan, untuk memegang raket saja harus diikat, kemudian kaki mengalami gangguan fungsi tidak terasa, mengalami gangguang tulang belakang. Namun dengan daya juang yang sangat besar mampu menyabet emas juara 1 di ajang pekan paralimpiade nasional (PEPARNAS). 

(5) Kisah seorang atlet tennis kursi roda: terlahir cacat/lumpuh karena folio, korban bulying sejak kecil, dari keluarga yang tidak berada, dipandang tidak layak dan tidak berguna. Tergugah emosi didalam diri untuk menunjukan prestasi dari apa yang sudah dicita-citakan walaupun dulunya masih diangan-angan, dan terbukti dengan aksi nyata penuh tetesan air mata dan keringat, serta dukungan orang tua yang luar biasa dapat menjadi juara dalam bidang olahraga khususnya tennis kursi roda. Selain itu, menemukan makna hidup bahwa hidup ini sangat singkat untuk tidak berbuat apa-apa.

Malam penuh inspiratif. Memaknai kehidupan ini menurut saya tentang bagaimana kita bisa menetapkan goal setting (penetapan tujuan). Hakikat hidup untuk apa, bagaimana menjadikan hidup yang lebih bermakna, kebermaknaan apa yang bisa bermanfaat bagi sesama. Penyandang disabilitas ini memiliki goal setting yang pertama (1) adalah menyadari bahwa memiliki kekurangan yaitu kecacatan secara fisik namun selalu berfikir positif dan berusaha berdamai dengan keadaannya, kedua (2) merubah emosi menjadi aksi nyata yang positif yaitu melalui olahraga tennis kursi roda, ketiga (3)  adalah dukungan orang terdekat, tekun dan pantang menyerah. Hal ini yang menimbulkan sebuah motivasi sehingga dapat melakukan "block" tentang perasaan rendah diri, ketiga adalah menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun