Mohon tunggu...
dr HelgaYolanda
dr HelgaYolanda Mohon Tunggu... Dokter - Medical Doctor

Follow, Komen dan Like ya.. Aktivis pendidikan anak| Mompreneur, Owner Brand Skincare|Batik enterpreneur| Founder a Preschool and Kindergarten| Certified Counselling Child and Adolescents| Certified Early Childhood and Care Education| Certified Hypnosis and Hypnotherapist| Certified Professional Fengshui Master| Certified Tarot Card Reading Masterclass

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Daddy Blues No, Ayahku Pahlawanku Yes

11 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 11 Desember 2024   17:30 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : Ayah Memberi Susu. Sumber Gambar : istockfoto.com/miodragignjatovic

Daddy blues, nampaknya terdengar asing di telinga, tidak sefamiliar baby blues.  Healthy children.org menulis bahwa depresi setelah kelahiran dapat terjadi pada pasangan. Menurut America Academy of Pediatrics atau akadami ilmu kesehatan anak Amerika mengungkapkan bahwa ayah dapat mengalami postpartum depression atau depresi paska kelahiran. Ayah dapat mengalami depresi pada satu tahun pertama setelah kelahiran.

Ayah juga mengalami depresi ketika kehidupannya selama ini harus berubah menjadi kehidupan seorang ayah. Daddy blues ini terjadi pada keluarga yang tentunya merawat bayi mereka sendiri tanpa bantuan suster, baby sitter maupun orang tua. Dalam pemikiran seorang pria yang kini berubah menjadi seorang ayah, bukan saja pekerjaan dan uang yang memenuhi kepalanya. Kini, harus merasakan perubahan dalan hubungan terhadap pasangan, kondisi malam hari yang sulit tidur karena harus terbangun dengan tangisan bayi yang 2 jam sekali harus minum susu. Ayah memikirkan besok harus menyiapkan materi rapat direksi, memikirkan target yang belum tercapai atau pergantiaan shift di kantor bahkan di rumah.

WHO melaporkan berdasarkan data, depresi paska kelahiran adalah penyebab kedua ganggguan kesehatan mental di dunia. Menurut Nct.org.UK, survey membuktikan bahwa 25% ayah yang mengalami depresi paska kelahiran, 10-12% diantaranya akan mengalami depresi yang berkelanjutan. Meskipun terjadi pada satu tahun pertama, puncaknya terjadi pada 5-6 bulan paska kelahiran. Walaupun keadaan ini sebagian besar tidak terdiagnosa. Ayah dengan usia dibawah 25 tahun adalah usia tersering dan terberat untuk mengalami hal ini, karena kurang kesiapan mental menjadi seorang ayah.

Gejala

Kondisi mental yang tidak siap akan perubahan hidup menjadi seorang ayah akan membuatnya mudah marah, frustrasi, pusing, suli tidur, kelelahan, sakit kepala, sakit gigi, mual, muntah, mudah tersinggung, sakit lambung dan keluhan lainnya. Selain keluhan seperti ini, kondisi yang berlanjut dan tak terkontrol dapat menimbulkan konflik dengan pasangan,  memicu permasalahan dalam pernikahan, saling menyalahkan satu sama lain bahkan sampai perilaku negatif dalam menididik anak di kemudian hari. 

Perubahan mood, cemas dan berlangsung memburuk hari demi hari. Penurunan berat badan 5% dalam satu bulan, sering lupa, kurang fokus dan gejala lainnya baik secara medis, fisik maupun psikologi.

Penatalaksanaan

Dukungan adalah cara yang paling utama dan murah untuk mencegah daddy blues. Peran istri yang membantu yang tidak manja, yang mampu melakukan kewajiban dengan senang hati tanpa terbebani sebagai ibu. Hal sederhana ini sudah menjadi obat bagi seorang ayah yang mengalamai daddy blues.

Bayangkan jika seorang istri yang berkuku panjang dengan cat kuku atau nail art lalu berteriak minta bantuan ketika bayinya BAB dan merasa jijik. Atau istri yang malas menyusui bayinya takut payudaranya kendur dan merasa kesakitan karena air susu yang tidak dikeluarkan mengeluh kepada suami. Istri yang mengeluh tidak bisa tidur ketika harus memberi susu botol pada malam hari, atau tertidur lelap ketika bayi menangis di malam hari dan suami yang terbangun.

Perlunya kesiapan mental kedua orang tua ketika memiliki bayi. Ketika solusi memiliki baby sitter adalah menjadi pilihan, sedangkan suami penghasilan terbatas, istri tidak siap. Beban pikiran ayah pun bertambah. Bantuan ibu mertua pun tak menyelesaikan masalah,karena harus ada biaya makan dan lainnya untuk ibu mertua sedangkan penghasilan pas-pasan. Akhirnya banyak pasangan yang memilih free child.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun