Mohon tunggu...
dr. Simon Yosonegoro Liem
dr. Simon Yosonegoro Liem Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik di Kalimantan Barat

Saya dokter asal Kalimantan Barat, alumni UGM (dokter) dan UI (dokter spesialis). Senang berbagi informasi kepada sesama, berorganisasi, doyan sejarah dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rabies Merenggut Nyawa Gadis Kecil Berumur 3 Tahun

2 September 2012   04:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 4384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13465635641244309245

Pada tanggal 29 Agustus 2012 saat hujan deras, IGD di tempatku bekerja kedatangan seorang pasien, gadis kecil yang imut berumur 3 tahun. Pasien datang dalam keadaan kejang. Menurut keterangan orangtua pasien dan juga tetangganya, seorang bidan yang ikut mendampingi pasien ini, pasien kejang terutama saat melihat air dan terkena angin. Pasien sejak sebelum kejang sudah tampak ketakutan dengan air dan angin. Bila melihat air, anak ini langsung berteriak dan bilang tidak mau. Penangan pertama di IGD tentunya kita memberikan antikejang dan pemasangan infus. Setelah diberikan antikejang, kejangnya pun berhenti. Namun anak tampak ketakutan melihat air infus. Sehingga kami menutup botol infus dengan plastik hitam. Menurut keterangan keluarga dan juga bidan yang menemaninya, anak ini riwayat tergigit oleh anjing pada 2 bulan yang lalu saat dia berlibur di Sumatera Utara. Menurut ibunya, hanya luka gores kecil di pipinya jadi hanya diobati sendiri. Saat di IGD, hanya tampak skar kecil pada pipi gadis kecil ini. Kami tenaga medis di IGD sudah mencurigai ini penyakit Rabies akibat gigitan anjing. Saat dirawat di bangsal, saat itu sudah jam 11 malam, kondisi pasien sempat membaik, gadis kecil ini bersalaman denganku dan kuajak berbicara. Keluhannya demam dan berdebar-debar. Saat itu suhunya mencapai 38,4 derajat Celsius dan denyut jantungnya 122x/menit. Gadis kecil tampak aktif dan mengaku tidak mengantuk, maunya nonton TV. Kepada pihak keluarga dan bidan yang adalah tetangganya, kami jelaskan bahwa penyakit rabies yang sudah muncul gejala kejang ini prognosisnya tidak baik. Supaya keluarga memahaminya. Keesokan paginya (30 Agustus 2012) kondisi anak ini menurun dan kejang terus-menerus. Segala pertolongan semaksimal mungkin kami berikan namun kondisinya semakin menurun sampai akhirnya koma dan sore harinya gadis kecil ini meninggal dunia.... Selamat jalan gadis kecil... TENTANG RABIES Rabies adalah penyakit akibat virus rabies (genus Lyssavirus, Lyssa dalam bahasa Yunani artinya kegilaan) yang mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP). Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila. (1,2) Masa Inkubasi Selama masa inkubasi, orang yang terinfeksi tidak ada gejala (asimtomatik). Rerata waktu inkubasi adalah 20-90 hari. Namun pada kasus yang jarang terjadi, masa inkubasi dapat mencapai 7-19 tahun. Lebih dari 90% kasus, inkubasi terjadi kurang dari 1 tahun. Pasien dapat saja lupa pernah tereksposur (misal tergigit binatang) karena masa inkubasi yang lama ini. (2) Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada jari tangan atau kaki, luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. [9] Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil di sekitar tangan, badan, dan kaki. (1) Manifestasi Klinis Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi: 1) Periode prodormal Periode ini berlangsung 2-10 hari. Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, anoreksia (tidak ada nafsu makan), sakit kepala, menggigil, sakit tenggorokan, dan sebagainya. Nyeri dan rasa sebal pada daerah gigitan menjadi penanda penting dan terjadi pada 50% kasus. (2) 2) Periode neurologis (persarafan) akut Pada periode ini timbul gejala penyakit sistem saraf pusat (SSP). Durasinya 2-7 hari. Gejalanya yakni otot berdenyut-denyut (muscle fasciculation), dan kejang fokal (bagian tubuh tertentu) maupun kejang general (seluruh tubuh). Pasien dapat meninggal segera atau dapat berlanjut ke paralisis (kelumpuhan). Bentuk rabies yang disebut rabies marah (furios rabies) dapat terjadi pada periode ini. Pasien menjadi murah terangsang (agitasi), hiperaktivitas, tidak dapat diam, menggigit, meracau (confusion), ataupun halusinasi. Setelah beberapa jam sampai hari, gejala ini menjadi episodik dan kadang pasien dapat tenang dan kooperatif. (2) Pada pasien rabies dapat terjadi hidofobia (takut air) karena sakit yang luar biasa saat berusaha menelan air. (4) 3) Koma Koma terjadi dalam 10 hari setelah onset (timbulnya gejala), dan durasinya bervariasi. Tanpa pertolongan yang intensif, depresi napas, henti jantung dan kematian dapat terjadi segera setelah koma. (2) DISKUSI

  1. Apa yang hendak dilakukan apabila digigit hewan yang dicurigai menderita rabies?
  2. Apakah ada manfaat diberikan vaksin rabies setelah gejala rabies muncul (misalnya kejang)?
  3. Apakah ada pasien yang berhasil selamat dari penyakit rabies saat gejalanya sudah muncul tanpa pemberian vaksin sebelumnya?

1)  Segera cuci luka gigitan dengan sabun/detegent  atau pelarut lemak lain dengan air mengalir selama 10 – 15 menit, kemudian diberi antiseptik alkohol 70%, betadin, dll), lalu segera dibawa ke rumah sakit yang ada fasilitas penanganan rabies. Pasien harus segera diberikan vaksin anti rabies (VAR), misalnya: PVRV  (Verorab®). Metoda pemberian :   2-1-1 (Zagreb Method)  yaitu: Hari ke nol sebanyak 0,5 ml  im  disuntikkan di regio deltoid kanan &  0,5 ml  im di regio deltoid kiri dlm waktu bersamaan. Hari ke 7,  0,5  ml  im  di regio deltoid. Hari  ke 21,    0,5  ml   im  di regio  deltoid. (3) [caption id="attachment_203487" align="aligncenter" width="300" caption="Vaksin Rabies yang tersedia di Indonesia"][/caption] 2) Vaksin rabies tidak efektif  lagi apabila gejala rabies sudah muncul. Penanganan intensif jantung dan paru menjadi terapi satu-satunya pada pasien ini. 3) Menurut Medscape, kasus pertama manusia yang berhasil selamat dari rabies, tanpa adanya vaksin sebelum maupun sesudah divaksin, terjadi pada Oktober 2004, yakni seorang remaja dari Wisconsin, Amerika Serikat yang memperoleh penanganan yang intensif. (2) Kasus rabies hampir selalu berakhir fatal tanpa vaksin sebelum gejalanya muncul. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat memahani penyakit Rabies. Vaksin musti segera diberikan pada orang yang pernah tergigit oleh anjing. Semoga gambaran kasus ini dapat bermanfaat bagi yang lain. Salam, Esok pasti akan lebih indah. dr.Simon YL Ketapang, Kalbar. DAFTAR PUSTAKA (1) Rabies. http://id.wikipedia.org/wiki/Rabies (2) Rabies. http://emedicine.medscape.com/article/220967-overview (3)  Rabies. http://www.tabanankab.go.id/artikel/kesehatan-dan-olah-raga/129-r-a-b-i-e-s (4) Rabies. http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2010/09/21/10171/rabies

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun