Mohon tunggu...
pikasa retsyah
pikasa retsyah Mohon Tunggu... -

Dokter yang sedang mengabdi di daerah terpencil

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenapa Harus Repot-repot jadi PNS? (Sebuah Pendapat Pribadi)

30 November 2014   13:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akhirnya setelah cukup lama vakum dan tidak ada ide untuk menulis tiba2 malam ini saya tergerak untuk menulis lagi. Diawali dengan satu perdebatan kecil dengan seorang teman, saat saya post suatu tulisan yang membela pns, dan teman ini berkomentar siapa suruh juga jadi pns? Diluar dugaan sebagian besar dari kita, apalagi melihat peserta ujian cpns yang luar biasa banyaknya,ternyata banyak sekali orang2 yang mati-matian tidak mau jadi pns. Saya pun dulu termasuk golongan itu hingga akhirnya saya jadi pns karena permintaan orang tua saya. Tapi setelah jadi pns, saya jadi sadar dan ingin membagi pemikiran ini, karena menurut saya terlalu banyak orang-orang dengan potensi yang sebenarnya sangat dibutuhkan negara ini tapi karena stigma yang sudah terlanjur terbentuk, menjadi enggan untuk menjadi pns.

Apa sih untungnya jadi PNS? Jelas saya bukan akan membahas hal-hal ilegal seperti korupsi waktu atau bahkan korupsi uang yang sudah distigmakan kepada pns saat ini. Jawaban saya adalah kamu bisa menolong orang sambil melakukan pekerjaanmu. Lah kalo sudah dokter apa fungsinya kan dokter nolong orang juga? Yah karena saya juga dokter dan saya jawab seperti itu artinya kita bisa menolong dengan nilai lebih dari sekedar menjadi jalan kesembuhan kan.

Satu contoh, saya dokter puskesmas di wilayah terpencil di pulau kalimantan. Bagi warga pedalaman ini pengobatan gratis ini hampir ga ada artinya. Masih percaya sama iklan dibangun puskesmas pembantu dengan pengalihan subsidi bbm bisa memecahkan masalah?Ini puskesmas pembantu sudah ada,tenaganya tidak ada. Jangankan orang jakarta,orang sulawesi yang asalnya dari kota kecil yg tanpa bandara aja sampe nangis-nangis minta pulang waktu saya suruh bertugas disana?Kalo bukan PNS siapa lagi yang mau ditempatkan di tempat seperti itu?

Yang kedua karena jalur kedinasan kita kenal dengan aparat desa dan kecamatan. Ada pekerja dari propinsi lain yang kecelakaan kerja di wilayah saya. Pasien tidak punya uang,keanggotaan bpjs apalagi asuransi dan karena lukanya harus dirujuk ke rumah sakit kabupaten. Kalo saya cuma praktek swasta(yang secara finansial jauh lebih menguntungkan daripada jadi pns) yah mentok-mentok pasien ini saya kirim ke puskesmas. Mau diapakan?Ga ada uang, ga ada jaminan, ga ada yang ngantar.oke lah satu dua pasien seperti ini bisa saya bayari biaya pengobatannya,tapi untuk antar ke kabupaten?tidak mungkin saya meninggalkan kecamatan saya dalam kondisi kosong dokter. Disini peran saya sebagai pns yang punya hubungan lintas sektor sangat berguna. Saya bisa mintakan surat keterangan domisili dari desa untuk kelengkapan persyaratan jaminan kesehatan provinsi yang kebetulan ada di kaltim,saya bisa minta bantuan perangkat desa untuk menemani pasien dan saya bisa usahakan ambulance dari puskesmas untuk mengantar ke rumah sakit. Masalah yang jelas tidak semudah itu kalo kita selesaikan hanya dengan tenaga dan biaya saya sendiri.

Yang ketiga sebagai dokter pns di puskesmas kita cukup didengarkan sebagaimana guru. Kita ajarkan anak-anak sd untuk cuci tangan mereka nurut, kita ajarkan orang tua untuk membawa anaknya ke posyandu mereka mendengar. Menurut saya sebagai pns, kita lebih bisa turun langsung ke masyarakat untuk mengajak ke kondisi yang lebih baik.

Tulisan ini bukan untuk yang kontra terhadap pns sih,haters istilah kerennnya. Tulisan ini buat teman-teman,terutama dokter, yang masih bertanya-tanya, ngapain sih jadi pns. Lebih ribet pasti, tapi puasnya nolong orang juga pasti lebih.Semoga tulisan ini bermanfaat.

Pikasa Retsyah Dipayana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun