Mohon tunggu...
Dedi Rahmat Hidayat
Dedi Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Man Jadda Wa Jadda, Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan keberhasilan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketika Semua Sakit

28 Februari 2013   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:32 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru 2 minggu yang lalu abang dirawat di rumah sakit, 4 hari mondok kena tipus kata dokter,  entah karena kurang kasih sayang atau perhatian, atau memang lagi banyak-banyaknya aktifitas sehingga kuman tifusnya menjadi kuat dan memaksa abang untuk istirahat 4 hari, ayah yang jadi penunggunya, kata ayah sih hitung-hitung week end di Tangerang sambil jelajah kuliner dekat RS.

Saat abang pulang ke rumah, dede panas badannya meninggi, wah sepertinya urusannya panjang nih, langsung dibawa ke Eyang dokter, dokter dekat rumah yang sudah pensiun dari dinas namun masih sigap buka praktek pagi dan sore, namun cespleng buat dede, kata Eyang dokter dede cuma radang aja, yang penting jangan makan gorengan sama yang manis-manis, itu masalahnya nggak bisa jauh dari yang manis-manis, apalagi bundanya manis beudddd.

Dua hari setelah abang pulang, bundanya yang baru pulang dari Bogor setelah membereskan data sekolah badannya menggigil, demam katanya, akhirnya dipanggilnya nenek pemijit yang biasa mijitin bunda, namun besoknya tetap tidak mempan, mungkin terlalu capai, akhirnya kembali lagi ke Eyang dokter yang namanya Dr. Nurlis untuk berobat bunda, sekalian dede masih batuk sama pilek, panasnya sudah reda, kata Eyang dokter ini bunda terlalu capai, tensinya cuma 90/70 jadinya rendah, coba istirahat. Akhirnya ayah berinisiatif beli sop kambing biar bisa naikin tensinya, eh.. ternyata nggak mempan tetap menggigil malam-malam walaupun ac udah dinaikin ke 28 derajat, sehingga dede kegerahan.

Pagi tadi dengan wajah yang kuyu bunda mengajak ayah ke RS, urus surat rujukan dulu yah ke puskesmas, lumayan bisa pakai askes, sebab kemarin waktu abang pakai askes juga bayarnya cuma 1/4 yang urun bayar dan ngurusnya mudah tinggal pakai kartunya, tambahin rujukan, beres, yang urusin askes center, makasih kepada PT Askes, ternyata ketika saya gunakan askes mudah sekali.

Masalahnya saat ayah ke puskesmas dia bingung, karena biasanya bunda yang ngurusin, ayah yang cari duit sama jagain di RS, jam 8 puskesmas belum buka loket, yang ngantri udah banyak, ambil no urut pendaftaran dapat nomor 17, bengong nungguin akhirnya ketemu teman ayah yang kepala TU puskesmas yang ternyata baru sembuh sakit, dibantuin untuk buat rujukan, ternyata mudah dan yang nulisin nggak mau dikasih duit buat ngopi, ahirnya dipaksa sama ayah mau juga, kata ayah hanya ucapan terima kasih kok, bukan gratifikasi.

Beres dapat rujukan udah jam 8.45, ngurusin surat rujukan butuk waktu 45 menit, tapi kata teman ayah dia baru bisa dapat surat rujukan jam 11, karena yang ngurusin baru datang jam 10, mungkin tergantung nasib ya.

Untuk berangkat ke RS di Tangerang ayah pinjam mobil ke pak Nana, untung lagi nggak dipakai jadi langsung bisa berangkat jam 9, beres-beres sebentar langsung berangkat, karena tidak konsen mikirin bunda yang sakit, terus sambil sms ke kaka untuk kasih tahu bunda sakit, ayah salah jalan, lumayan memutari satu kompleks perumahan yang luasnya 10 Ha, akhirnya baru sampai di RS jam 11, harusnya bisa lebih cepat 30 menit kalau tidak memutar.

Beres diperiksa Dr. Wahyu, Internist langsung divonis dirawat karena tipus, silahkan ke IGD dan minta kamar di pendaftaran, kata CS pendaftaran kamar penuh silahkan tunggu dulu di IGD, satu jam kemudian dapat kamar dan ternyata satu kamar tiga pasiennya tifus (kompak) katanya sih lagi musim, setelah berbasa-basi dengan seluruh penghuni kamar ternyata ketiganya adalah Workaholic (kagak bisa diem) dan masing-masing tetap membawa laptop, BB, dan perangkat lainnya agar tetap bisa melakukan apa saja.

Itulah ketika semuanya sakit, untung ayah tetap bertahan tidak mau sakit karena prinsip ayah, kalau ayah sakit yang ngurusin yang lain siapa? nanti aja ayah nggak usah sakit yang penting buat ayah banyak tidur, rileks, banyak uang, bisa gonta-ganti gadget, makan enak atau enggak enak tetap makan, kerja yang dinikmati tidak dipaksakan, bisa ketawa sama anak-anak, bisa lihat senyuman bunda lagi, tanpa bunda ayah kehilangan kopi spesial bunda tiap pagi dan sore, cepat sembuh ya bun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun