Mohon tunggu...
Dedi Rahmat Hidayat
Dedi Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Man Jadda Wa Jadda, Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan keberhasilan

Selanjutnya

Tutup

Humor

Antara Pecel Lele, Foto Copy, PNS Golongan Iva

12 April 2013   20:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:18 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Sebenarnya banyak hal yang perlu diteliti dahulu karena ini merupakan tiga variabel yang sangat berbeda serta mempunyai korelasi yang agak berjauhan, namun untuk tulisan ini dapat dijadikan untuk pegangan generasi muda tentang pelajaran bagaimana berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Pertama untuk pecel lele, dengan masa kerja 12 tahun sudah mempunyai tempat sendiri berupa ruko pinggir jalan dengan harga minimal 200 juta dan dibeli dengan tunai, mempunyai 12 anak buah, mobil terios dan 4 motor untuk karyawan serta satu kendaraan angkutan barang, rumah sendiri dengan ukuran mewah serta peralatan elektronik mutakhir, penampilan pemilik tetap sederhana dan familiar dengan konsumennya.

Kedua fotocopy, dengan masa kerja 15 tahun, mulai dari pedagang serabutan, gelaran dari beberapa tempat dan mulai membuat fotocopy dengan lokasi berdekatan dengan sekolah dan pusat bisnis, sekarang telah menempati satu ruko yang dibangun sendiri dengan biaya 300 jutaan dengan 4 mesin fotocopy dan peralatan ATK serta 8 mobil yang disewakan untuk konsumen yang memerlukan, luar biasa, penampilan tetap sederhana serta tidak terlihat seperti pemilih toko dan pengusaha yang mempunyai omzet 100 - 299 juta sebulan.

Ketiga PNS golongan IVa, masa kerja 13 tahun, gaji serta tunjangan sertifikasi total sekitar 6 juta sebulan, tetap sederhana, motor minimalis tidak terkesan mewah, rumah sederhana dengan ukuran 4L (Lu Lagi Lu Lagi), tetap setia berangkat pagi hari dan pulang sore hari dengan rutinitas yang standar dan sederhana.

Dari ketiga perbandingan tersebut dapat kita ambil sebuah hipotesis : untuk jadi orang kaya jangan jadi PNS, kecuali di kementerian tertentu, golongan bisa tinggi namun pendapatan sesuai dengan ketentuan pemerintah, untuk jadi orang kaya sebaiknya jadi pengusaha yang dapat mengembangkan pendapatan sesuai dengan kemampuannya.

Untuk waktu luang memang PNS lebih unggul, jam kerja singkat dan tidak banyak yang diberatkan dengan resiko kerja rendah, berbeda dengan pengusaha yang mempunyai masa kerja yang relatif lebih lama dan mempunyai resiko kerja tinggi, rawan penipuan dan intimidasi dari pihak tertentu.

Namun sangat mengherahkan jika PNS tetap jadi rebutan, jadi pergunjingan dan jadi sorotan, padahal yang merusak hanya sebagian kecil saja dan memang mempunyai mental yang bobrok, jika di uji kembali PNS yang berguna dan tidak berguna mungkin akan banyak perbaikan yang terjadi, misalnya dengan mengadakan kembali seleksi untuk PNS yang masih berguna dan PNS tidak berguna, yang berguna dan memamng bermoral baik dapat diberdayakan maksimal dan yang tidak berguna dikembalikan ke rumah orang tuanya, serta dilaksanakan perekrutan PNS baru yang lebih terseleksi terutama dari agama, moral dan kemampuannya, banyak tes PNS sudah tidak murni lagi, perlu dukungan D3 (Dulur, Deket, Duit) dan terbukti PNS yang dihasilkan dari proses ini tidak berguna dan kadang sok berkuasa, serta mencari berbagai cara untuk mengembalikan uang yang pernah dikeluarkan untuk menjadi PNS.

Bukan hanya PNS saja, mau jadi Polisi saja harus menyiapkan uang 2 karung duit, mau masuk STPDN menyiapkan satu setengah karung duit. sampai untuk jadi sales juga menyiapkan duit untuk HRD-nya, jadi mau kemana dan bagaimana negara ini bisa lepas dari korupsi?

Wahai KPK jangan menyerah, wahai Ulama dan Pendeta jangan berhenti berdo'a dengan tulus,

Entah tulisan ini kok jadi ngaco, lebih baik saya masukkan ke humor saja agar tidak mengganggu yang tersinggung, udah ah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun