Suatu pagi di Poliklinik, iseng-iseng diriku naik ke atas timbangan yang lagi nganggur disudut ruangan dan astaga..ternyata berat badanku sekarang 80 Kg. Wah, dengan tinggi badan cuma 160 cm berarti aku sudah masuk dalam golongan obesitas. Welcome to Obesity Club !! Tanpa sadar dirikupun berkata “Waduh..kok bisa ya, jadi obesitas begini”. Dari belakangku terdengar suara “makanya jadi dokter jangan cuma bisa nganjurin pasien, terapkan juga dong ilmunya untuk diri sendiri”..Kutoleh kebelakang, ternyata suara berasal dari suster diruangan poliklinik. Mekanisme ego-ku langsung bekerja, kujawab saja sekenaku..”emangnya kalo penjual telor, juga harus bertelor..Untung susternya tidak marah dengan perumpamaanku yang kurang pas tersebut.
Ungkapan suster tersebut lumayan mengena. Beberapa saat kemudian diriku memikirkannya..betapa enaknya seorang dokter memberikan anjuran, masukan dan nasehat pada pasien. Pasti pasien sudah familiar dengan kata-kata seperti : ”Bapak..makanannya dijaga ya…diatur…tidak boleh terlalu manis, hindari kacang-kacangan, jeroan, minyak, durian, kopi bla…bla…” atau “Ibu, berat badannya sudah berlebih, mulai dong olahraga, paling tidak 30 menit sehari, rutin 5-6 kali seminggu”, atau yang lainnya “oom..kurangi dong rokoknya, ntar bisa kena serangan jantung lho….”, “Tante, istirahat yang cukup ya, jangan terlalu banyak pikiran, minum obatnya teratur biar tensinya tidak ikut naik…dan kata-kata pamungkas “jangan lupa kontrol ya” he..he….serta masih banyak kata-kata yang berisikan anjuran lainnya.
Tapi sedikit introspeksi buat diriku…Kapankah diriku berolahraga ? Sepertinya diriku sendiri olahraga terakhir mungkin sudah beberapa tahun yang lalu, alasannya klasik, “SIBUK!!” (maklum lagi pendidikan..alasan lagi kan..). Masalah makan juga demikian, bisa lebih dari 5 kali sehari dengan porsi jumbo, belum jika ada undangan farmasi (yang sangat sering) dibungkus dengan kemasan “round table discussion”..wuih, pasti makanannya enak-enak dan gratis. Dan yang pasti selalu ada “excuse” untuk setiap tindakan yang dilakukan. Teringat kapan terakhir kali diriku melakukan general check-up ? kayaknya terakhir 5 tahun yang lalu deh..padahal hampir tiap hari menuliskan permintaan general check-up untuk pasien-pasien di poliklinik. Alasannya utamanya adalah takut jika ada gak normal..ha..ha..Diriku teringat seorang dokter senior yang juga spesialis jantung ternama waktu kutanyakan tentang bobotnya yang bertambah, beliau terus menjawab “iya dek..saya terakhir periksa kolesterol saya tahun 1999, waktu itu sudah tinggi, jadi sekarang takut periksa kolesterol.. atau dokter spesialis lainnya yang mempunyai hobi merokok waktu ditanyakan apakah tidak takut dengan komplikasi merokok, beliau dengan gayanya yang santai membagikan tipsnya “ Merokok itu yang penting asapnya tidak diisap..setelah disedot langsung dibuang, jadi gak bakalan kena komplikasi dari merokok”…ha..ha…Belum lagi banyak dokter terutama yang pasiennya banyak, kalo praktek bisa sampe jam 1 atau 2 malam, hari libur tetap masuk (visite)..wuih, gimana istirahatnya ya…hebat kan..Mulai dari ikut pendidikan dokter, istirahat adalah sesuatu yang mahal... Coba bertanya dengan dokter muda yang sedang co-ass, ataupun resident program pendidikan dokter spesialis, pasti mengatakan bahwa kesempatan untuk tidur adalah anugerah yang terindah. Diluar negeri mungkin hal ini juga lumrah ya (mungkin..karena belum pernah ke LN), cuma dengar dari cerita yang pernah kesana dan nonton film bertemakan dokter seperti ER, Grey’s Anatomy ataupun HOUSE, MD sering pada episode-episodenya memperlihatkan dokter yang kelelahan karena kurang istirahat. Mengenai olahraga..coba dibuat survei berapa banyak dokter yang berolahraga rutin..pasti tidak banyak jumlahnya (termasuk penulis)..
Sehingga mungkin ada benarnya perkataan ..”ikuti anjuran dokter, tapi jangan tiru perilaku (sebagian) dokter “
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H