Mohon tunggu...
Pandapotan Silalahi
Pandapotan Silalahi Mohon Tunggu... Editor - Peminat masalah-masalah sosial, politik dan perkotaan. Anak dari Maringan Silalahi (alm) mantan koresponden Harian Ekonomi NERACA di Pematangsiantar-Simalungun (Sumut).

melihat situasi dan menuliskan situasi itu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Tabloid BOLA dan Koran Top Metro

27 Oktober 2018   11:57 Diperbarui: 28 Oktober 2018   22:21 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: facebook topmetro.news

Tabloid BOLA, sebagai salah satu media cetak mingguan dengan segmentasi pasar khusus menyajikan berita-berita olahraga, per November 2018 mengikrarkan diri untuk mundur dari perhelatan bisnis media cetak. 

Perusahaan media cetak yang tergabung dalam media grup raksasa sekelas Gramedia/Kompas tentu ini cukup mengagetkan. Terlahir 3 Maret 1984 Tabloid BOLA, selama 34 tahun menjadi teman setia pembaca penggemar dunia olahraga di negeri ini, akhirnya harus 'mengibarkan bendera putih'.

Penulis tidak tahu persis mengapa hal ini bisa terjadi. Mengingat Tabloid BOLA sejauh ini cukup eksis di blantika bisnis media cetak. Namun sebagai orang awam, saya hanya bisa menduga, bahwa majalah mingguan ini sudah tak bisa bersaing lagi dengan up dating pemberitaan yang disiarkan pesaingnya yakni bisnis media online.

Karena Tabloid BOLA sebagai majalah mingguan yang hanya tiap pekan hadir ke tangan pembaca, harus menyerah kalah dengan perkembangan pemberitaan yang disajikan media online yang dalam hitungan detik atau menit terus berkembang pesat.

Saya yakin, mundurnya Tabloid BOLA dari kancah bisnis media cetak, bukan semata-mata dipengaruhi faktor financial. Kecukupan modal grup Kompas-Gramedia sejak dulu tak perlu diragukan. Sistem subsidi dari grup media ini sejatinya masih bisa membiayai Tabloid BOLA untuk tetap survival (bertahan hidup).

Tapi, sekali lagi, saya yakin dengan pasti, hal ini tidak terkait dengan permodalan.

Apalagi managemen Tabloid BOLA mulai dari kru redaksi, pemasaran hingga periklanan cukup profesional di bidangnya. Bahkan selentingan yang pernah saya dengar bahwa peng-iklan di Tabloid BOLA harus antre hingga beberapa bulan ke depan jika ingin memasang iklan di Tabloid yang didirikan Djakob Oetama itu.

Halaman Muka Koran
Halaman Muka Koran
Nah, apa hubungannya dengan Koran Top Metro? Sekadar diketahui, Koran Top Metro sebagai salah satu media cetak yang berkonsentrasi menyajikan berita-berita kriminal berbasis di Medan, Jumat (26/10/2018) merayakan ulangtahun ke 3.

Sejujurnya saya tak ingin membandingkan antara Djakob Oetama sebagai pendiri Tabloid BOLA dengan Rony Purba sebagai pendiri sekaligus owner Koran Top Metro. Begitupun Tabloid BOLA sebagai salah satu anak perusahaan Kompas-Gramedia dengan media grup Koran Top Metro (media online http://topmetro.news) yang kini sudah mulai bisa bersaing dengan media online ternama di negeri ini.

Bukan pula ada maksud penulis untuk mengukur kemampuan financial yang dimiliki owner Koran Top Metro. Jika Tabloid BOLA harus mundur lantaran tak bisa bersaing dengan perkembangan pemberitaan yang disajikan media online, masalah Koran Top Metro ada dimana?

Jawabnya hanya ada di tangan managemen Koran Top Metro. Sejatinya para kru Koran Top Metro bisa berkaca dengan tingkat persaingan yang cukup tinggi saat ini. Ingin bersaing dengan media cetak koran/tabloid kriminal di Sumatera Utara? Silakan perkuat pondasi. Pondasi yang kuat, tidak semata-mata diukur dari financial (kemampuan keuangan) pemilik modal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun