Mohon tunggu...
Pandapotan Silalahi
Pandapotan Silalahi Mohon Tunggu... Editor - Peminat masalah-masalah sosial, politik dan perkotaan. Anak dari Maringan Silalahi (alm) mantan koresponden Harian Ekonomi NERACA di Pematangsiantar-Simalungun (Sumut).

melihat situasi dan menuliskan situasi itu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Enaknya Tinggal di Kompleks Perumahan, Kalau...

19 April 2018   11:06 Diperbarui: 19 April 2018   15:53 3441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasilitas olahraga di perumahan. (foto dok pribadi)

Kompleks Perumahan Justru Paling Rawan

Hidup di kompleks perumahan memang ada enaknya. Tapi banyak pula sisi tidak enaknya. Sebuah perumahan standar selalu menyiapkan sarana (fasilitas olahraga). Namun faktor keamanan justru  hal terpenting yang diimpikan orang, sebelum memilih tinggal di kompleks perumahan.

Ironisnya, warga perumahan sering merasa kehilangan. Kehilangan sepeda motor yang parkir di depan rumah, rumah dimasuki maling, kehilangan sepatu atau sandal, dan beragam persoalan masih sering kita temukan.

Ada baiknya, sekuriti perumahan menerapkan standar keamanan. Misalnya, ada tamu yang masuk perumahan, seharusnya meninggalkan KTP atau identitasnya di pos sekuriti. Selain itu, petugas sekuriti mengantar tamu tersebut hingga ke rumah yang dituju.

Karena bukan tidak mungkin perampok atau penjahat mengincar isi rumah di kompleks itu. Apalagi sudah banyak peristiwa, penghuni kompleks perumahan dibantai penjahat. Selain menghabisi nyawa pemiliknya, isi rumah itu pun dikuras. Padahal perumahan punya sekuriti.

Disarankan, kita yang mendambakan tinggal di perumahan harus mengetahui dulu plus minusnya sebelum menetapkan pilihan menetap di sebuah kompleks. Kita harus siap untuk tidak mengenali tetangga kita. Siap juga untuk tidak selalu percaya kepada sekuriti, karena bukan tak mungkin oknum sekuriti itulah biang kerok yang menyebabkan kehilangan yang terjadi di kompleks perumahan.

Kalau kondisinya begini, mending kita tinggal di kawasan perkampungan. Selain saling mengenal dengan tetangga, silaturahmi dan sosialisasi antar masyarakat di permukiman warga kampung pun senantiasa masih terjalin erat. Begitukan? (***)

Medan, 19 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun