Mohon tunggu...
Pandapotan Silalahi
Pandapotan Silalahi Mohon Tunggu... Editor - Peminat masalah-masalah sosial, politik dan perkotaan. Anak dari Maringan Silalahi (alm) mantan koresponden Harian Ekonomi NERACA di Pematangsiantar-Simalungun (Sumut).

melihat situasi dan menuliskan situasi itu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mie Balap di Medan Kian Menjamur, Jenis Usaha yang Tahan Banting?

6 Februari 2018   11:33 Diperbarui: 6 Februari 2018   13:54 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mie Balap di Kota Medan

Anda pernah ke Kota Medan? Atau Anda warga Sumut? Mie Balap pasti sudah tak asing lagi. Bagi warga Sumut terutama di kota-kota besar seperti Medan, Pematang Siantar, Binjai, Tebingtinggi dan sejumlah daerah lainnya, Mie Balap menjadi salah satu alternatif untuk dijadikan sarapan pagi. Selain rasanya enak, harganya pun tidak terlalu 'mencekik leher'.Mie Balap di Medan Kian Menjamur, Usaha yang Tahan Banting?

Di kota Medan, Mie Balap rasanya makin menjamur saja. Hampir di setiap persimpangan jalan kita menemukan Mie Balap. Ada banyak pilihan yang dijadikan dalam usaha Mie Balap ini. Biasanya tersedia mie hun, kuatiaw dan mie kuning. Konsumen tinggal memilih. Ingin membeli mie pakai telur atau tidak, semuanya ada. Biasanya pemain Mie Balap yang besar, menyajikan mie sea food, campuran udang dan telur, daging maupun kepiting.

Untuk harga sepiring (satu porsi) Mie Balap biasanya dipatok seharga Rp6.000. Bahkan masih ada yang menjual dengan harga relatif murah Rp5.000. Sementara untuk Mie Balap telur, hanya dijual dengan harga Rp7.000 dan Mie Balap sea food antara Rp9.000 hingga Rp10.000 per porsi.

Prospektif usaha kecil ini tampaknya tak tergerus persoalan-persoalan sebagaimana yang dialami para pengusaha mie goreng lainnya. Ateng, salah seorang penjual mie goreng di sekitar Jalan Cipto Pematangsiantar mengaku terpengaruh dengan keberadaan Mie Balap yang kian menjamur itu. Meski pengaruhnya tidak terlalu besar, menurut Ateng, pihaknya harus tetap menjaga kualitas produk agar pelanggan tidak beralih ke Mie Balap yang dijual di tiap-tiap persimpangan jalan.

Budi, seorang penjual Mie Balap di sekitar PDAM Tirtanadi Medan mengaku per hari, dirinya mampu mengumpulkan hasil penjualan sekitar Rp400.000 hingga Rp500.000. Biasanya budi mengeluarkan modal Rp150.000 hingga Rp200.000. Biasanya Budi mengeluarkan biaya kebersihan Rp10.000 per hari plus biaya keamanan Rp 15.000 per hari. Anehnya, menurut Budi, meski usaha Mie Balap bermunculan bak cendawan tumbuh di musim hujan, Mie Balap produknya belum merasa tersaingi.

''Hampir tiap hari muncul Mie Balap baru di sudut kota. Tapi mudah-mudahan belum terasa,'' kata Budi, baru-baru ini.

Dia menambahkan, pihaknya harus mempertahankan kualitas produk yang disajikan kepada pelanggan. Terlebih di sekitarnya terdapat 4 usaha serupa yang selalu ramai dikunjungi pelanggan. ''Intinya harus menjaga kualitas, biar tahan banting, apalagi persaingan kan banyak,'' tutur Budi. 

Istilah Nama 'Mie Balap'

'Mie Balap', entah siapa yang mengawali istilah ini. Sebagian diantara kita mungkin menganggap nama 'Mie Balap' diciptakan lantaran proses memasak produk sarapan pagi itu dimasak dengan balap (cepat). Tapi sesungguhnya tidak. Bahan-bahan apa yang dimasukkan dalam mi goreng biasa, itu pulalah yang dijadikan sebagai bumbu untuk Mie Balap. Makanya soal rasa, dan harga Mie Balap bisa bersaing dengan produk mi goreng atau menu sarapan pagi lainnya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun