[caption id="" align="aligncenter" width="484" caption="Source: jackeeholder.com"][/caption] .
Dengan wajah yang kian muram
Kusampaikan hasrat yang tak lagi jenjam
;Engkau bahagia karena akan pergi
Sementara aku melepasmu dengan elegi
.
Mengapa engkau menahanku
Hanya untuk dapat melihat punggungmu yang menjauh
Mengapa engkau membiarkanku
Untuk melihatmu mengemas barang tetapi meninggalkan rindu
.
Apakah karena
Engkau adalah
Kenang
Yang tak terulang?
.
Apakah nanti hanya ada gumam
Pada pagi, pada siang, pada sore, pada malam
Saat aku merasakan hal yang paling bahagia
Bahkan yang paling duka?
.
Mengapa tetap memaksaku tertawa
Padahal ingin sekali kuseka airmata
Mengapa begitu perih terasa
Padahal benar tak tampak sayat-sayat luka
.
Dan.... Hingga pada akhir yang sukar
Perpisahaan ini membuatku sadar
Bahwa ketiadaan tetaplah ketiadaan
Yang mesti dilalui dengan segala ahsan
Pondokan Ikhlas, 30 September 2014
Salam hangat dan semangat dari DP Anggi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H