[caption caption="sumber: myfadhliyah.wordpress.com"][/caption]
Minggu pertama (terinspirasi oleh puisi)
Murung lagi wajahmu setelah telapak tangan yang lembut itu kamu ulurkan ke luar jendela. Begitu murung; persis seperti awan-awan gelap di atas sana. Kamu memejamkan mata dan menaruh doa di ujung bibirmu lantas membiarkan angin menyapu wajahmu yang sendu. Lalu, hujan turun perlahan, menggerimis seperti air matamu yang akhirnya tak bisa tertahan.
Matamu menembus hujan di luar sana; tak ada sesiapa. Kamu terus mencari dia seperti biasa, yang kadang bisa muncul tiba-tiba, dan kadang pula bisa menghilang tanpa aba-aba. Kamu ingin menyusuri jalan untuk menemukannya. Tapi, kamu menyadari takkan kamu temukan apa-apa selain rindu yang tetap mengendap di dada.
Kamu tahu seperti apa dirimu sekarang? Kamu persis seperti seseorang yang kehilangan kenangan; mencari tumpukan masa lalu di antara rinai hujan.
Jikalah ketika itu kamu tak mencintai di saat hujan, kamu takkan semurung ini. Melukis, bernyanyi, berpuisi, bahkan menulis diary—tentu sebelum dia kamu cintai—semuanya paling senang kamu lakukan di saat hujan. Dan ketika kini kamu patah hati, kamu membenci semua yang pernah kamu lakukan.
Namun, sebelum aku benar-benar menghilang, takkah kamu sadari? Dia yang hilang telah menjadi gerimis yang muncul di kedua matamu, yang turun dari celah awan hitam, yang paling kamu benci, tetapi juga yang paling kamu rindukan.*
DP Anggi