Mohon tunggu...
DP Anggi
DP Anggi Mohon Tunggu... Fleelance Writer & Ilustrator -

Raudah-Raudah Sajadah (2013), Hati yang Lillah Mencintai (2016), Diari Kecil di Jalan Cinta-Mu (2016) ❤Puisi❤Ilustrasi❤Doodling❤crocheting❤painting

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Perempuan yang Tak Menatap Mataku

26 Februari 2016   18:02 Diperbarui: 26 Februari 2016   20:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber 1.bp.blogspot.com/"][/caption]Jika aku sudah duduk di bangku kasir toko swalayan ibu, para tetangga yang terutama ibu-ibu pasti berbisik sambil mencuri-curi pandang ke arahku. Ibu-ibu itu tak sendiri, masing-masing selalu membawa putri-putri mereka yang usianya beberapa tahun lebih muda dariku. Ibu-ibu itu akan berbelanja lalu menyuruh putri-putri mereka menemuiku di kasir, menukar uang dengan uang alias memberikan uang kembalian lalu mereka pulang dengan wajah tersenyum-senyum.

Sejak aku memutuskan kembali ke desa setelah menyelesaikan kuliahku di salah satu universitas yang ada di kota, aku pulang tanpa ingin melanjutkan pendidikan lagi. Cukup bagiku hanya pulang dan kembali berkumpul dengan keluargaku. Setiap hari aku membantu ibu menjaga toko dan duduk di bangku kasir.

Di antara banyak pembeli di toko swalayan ibu, ada seorang perempuan yang tidak pernah bersama ibunya dan tak pernah tersenyum-senyum setelah menerima uang kembalian dariku. Aku juga tak pernah mendapati matanya bertemu dengan mataku. Hampir setiap hari sejak kepindahannya ke desa ini, ia mampir ke sini untuk membeli sesuatu. Aku kira itu hanya sekali waktu. Namun, sampai saat ini, bahkan setahun sudah berlalu, ia masih tetap sama—ia tak pernah menatap mataku.

Perempuan itu juga tak banyak bicara. Ia berbicara hanya jika ada perlu. Aku pernah ingin banyak tanya kepada ibu tentang perempuan itu dan alasannya pindah ke desa ini seorang diri. Bahkan, aku pernah membujuk ibu agar mengajaknya berbicara dan memulai banyak cerita, namun ibu malah meledekku. Ibu mengira aku menyukainya dan ingin aku masuk ke dalam matanya lalu tinggal di sana. Ibu pun sempat mengamati perempuan itu dan meyakinkanku, “bukan hanya kepadamu. Ia tak pernah menatap mata siapa pun. Kalau pun suatu kali ia mengarahkan wajahnya kepada seseorang dengan waktu yang cukup lama, ia tidak sedang menatap matanya melainkan menatap kosong saja".

Mungkinkah baginya sepasang mata seperti jurang yang benar-benar ia waspadai?

***

Mata lelaki mana pun, tak hanya engkau. Sebab mata itu seperti jurang. Menatapnya seperti sesuatu yang dalam. Saat engkau berusaha menatapnya lekat dan lebih dekat, engkau akan terjatuh ke dalam.” Jawabnya suatu hari, ketika aku melihatnya berjongkok di tepi lapangan.

“Bukankah lucu menanggapinya seperti itu?” tanyaku lagi.

“Memang lucu, tapi aku tak sedang melucu.”

“Apa yang salah jika engkau terjatuh ke dalam mata seseorang dan seseorang terjatuh ke dalam matamu?”

“Jika aku terjatuh ke dalam mata seseorang, orang itu tidak akan bisa melihat apa-apa lagi dan hanya mampu melihatku. Jika seseorang terjatuh ke dalam mataku, maka aku tak bisa melihat siapa pun lagi selain dirinya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun