Dari berbagai belahan dunia sedang berlomba-lomba untuk membuat vaksin atau obat dari virus covid-19, virus itu sendiri di ketahui pertama kali di daratan china pada bulan january 2020 membuat china gelap dan menutup semua akses ke negaranya selama beberapa bulan terakhir dan membangun rumah sakit khusus dalam waktu singkat untuk menghadapi masa pandemi itu sendiri.
Akan tetapi walaupun demikian di upayakan untuk menutup dan mencegah penyebaran covid-19 upaya tersebut gagal karena virus covid-19 dengan cepat menyebar ke seluruh belahan dunia imbas nya semua negara terkena virus mematikan tersebut yang sampai sekarang belum ada obatnya dengan melakukan langkah yang sama dengan cina semua negara menutup diri untuk memutus persebaran virus corona. Akibat dari pemberlakuan tersebut aktivitas ekonomi dunia merosot jauh.
Dengan jumlah kasus positif dan meninggal yang terus bertambah setiap harinya membuat beberapa negara besar untuk melakukan riset dan mencari obat atau vaksin dari virus corona itu sendiri dengan melakukan penelitian-penelitian.Â
Beberapa kandidat vaksin covid-19 yang tengah di uji di dunia menunjukan hasil yang dianggap positif. Salah satunya adalah ChAdOx1 nCoV-19 yang di kembangkan para peneliti di Oxford Universty inggris.
Hasil uji klinis fase 1 dan 2 yang dilakukan oleh para peneliti vaksin tersebut diterbitkan di jurnal The Lancet. Mereka menyatakan bahwa tidak ada masalah soal keamanan vaksin dalam studi awal ini. Selain itu, vaksin COVID-19 tersebut juga menginduksi respons kekebalan yang kuat di sistem kekebalan tubuh. Â
Dilansi dari laman resmi oxford  vaksin ini memicu respon sel T dalam waktu 14 hari setelah vaksinasi. Sel tersebut merupakan sel darah putih yang dapat menyerang sl yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 selain itu, vaksin ini juga memicu respons antibodi dalam 28 hari.
Langkah selanjutnya dalam mempelajari vaksin adalah memastikan bahwa vaksin pengeluaran hk itu dapat melindungi secara efektif terhadap infeksi SARS-Cov-2, dalam pernyataan resmi ilmuwan oxfofd Para peneliti mengatakan bahwa dalam tahap 1 dan 2 studi tersebut, vaksin virus corona yang dikembangkan tidak mengarah pada reaksi yang tidak terduga dan memiliki profil keamanan yang serupa dengan vaksin jenis ini sebelumnya.Â
Namun beberapa efek samping ditemukan selama uji coba vaksin ini meski tidak serius, antara lain kelelahan, demam, sakit keala, sakit di lokasi titik tepat penyuntikan serta kedinginan beberapa peserta diminta meminum parasetamol sebellum dan setiap 6 jam selama 24 jam setelah divaksinasi. Sementara relawan lain menunjukkan lebih sedikit efek samping ringan.Â
Profesor Andrew Pollard dari Oxford University mengatakan bahwa respons imun yang ditemukan setelah vaksinasi sejalan dengan apa yang ditunjukkan dalam penelitian pada hewan sebelumnya.Â
Meski begitu, ia mengatakan bahwa studi klinis pada manusuia secara ketat tetap harus dilakukan untuk mengonfirmasinya. "Kami melihat respons kekebalan terkuat di 10 peserta yang menerima dua dosis vaksin, menunjukkan bahwa ini mungkin strategi yang baik untuk vaksinasi," kata Pollard.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H