Mohon tunggu...
DR. DOUGLAS PASARIBU
DR. DOUGLAS PASARIBU Mohon Tunggu... -

Membangun sebuah tim besar itu mudah tapi memjadi pemikir besar yang menghasilkan tim besar itu yang dibutuhkan dinegara ini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merdeka Yang Bagaimana sekarang?

19 Agustus 2010   17:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:53 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_232378" align="alignleft" width="201" caption="Ohh Nasibku"][/caption] Disudut istana pada pagi hari lagu kebangsaan berkumandang saat Upacara Hut RI berlangsung hening, awal pesta kemenangan sedang dirayakan, tampa melihat apa yang terjadi sesungguhnya pada bangsa ini. Para hadirin Wajah baru pun berseri di pelataran tamu istimewa saat Upacara Hut RI di Istana Negara. Sementara wajah lama seerti biasa saja tampa kesan yang sangat patut dibanggakan pada pagi itu. Presiden menyampaikan pidato kenegaraan HUT RI. Perngorbanan dan perjuangan para pejuang patut dibanggakan bagaimana mereka berkorban demi merebut kemerdekaaan dari penjajahan itulah inti daripada pidato Bapak Presiden. Duduk seorang veteran yang sudah gelisah ingin cepat pulang ke rumahnya karena terik matahari yang cukup menyengat wajahnya.  Dia adalah seorang veteran kemerdekaan dengan pangkat terakhir Kolonel purnawirawan TNI. Beliau pernah menjabat kedudukan yang cukup tinggi disebuah lingkungan departemen. Disebelah kanannya duduk seorang veteran Kemerdekaan juga sebayanya dengan wajah yang kurang antusias mengikuti upacara tersebut. Bapak itu juga seorang pensiunan TNI dengan pangkat terakhir Sersan dua. Setelah usai acara tersebut Kolonel menyapa sersan sambil menatapnya ingin tahu apa yang membuatnya tidah bergairah mengikuti upacara .Setelah perkenalan yang cukup singkat disela sela hadirin berdiri. Sang kolonel mengatakan bahwa sambutan bapak Presiden mengingatkannya saat berjuang merebut Kemerdekaaan. Lalu dia mulai kepada pembicaraan kesuksesan yang diraihnya setelah kemerdekaaan. Sampai akhiranya Bapak Kolonel bercerita mengenai keluarganya. Bahwa ada cucunya yang telah menamatkan sekolah di Inggris pulang ke Indonesia kurang begitu antusias merayakan HUT RI ini. Dia mengatakan Bahwa generasi muda sekarang ini tidak tahu betapa pahitnya penderitaan beliau pada sat  merebut kemerdekaaan dari tangan tentara Jepang. Hanya bermodalkan semangat juang yang tinggi dan bambu runcing.Cucunya masih tidur dirumahnya karena semalam tidur telat. Sekali lagi ia katakan jika cucunya sudah bosan mendengarkan kehebatan kakeknya dulu sebagai pejuang. Bahkan cucunya pun sudah mulai berpikir ala kebarat baratan. Bahwa apa yang mereka lakukan dulu tidak menghasilkan kemerdekaan yang sempurna. Perjuangan yang sangat tangung tidak menghasilkan kesejahteraan bagi bangsa ini.Yang ada hanyalah ketidakpastian. Si cucu pun berkata bahwa apa yang dilakukan kakeknya ini bukan hal yang patut dibanggakan, sebab semua orang akan berbuat seperti itu saat masa penjajahan. Generasi muda juga sudah tidak bisa berbuat apa apa didalam melaksanakan perjuangan untuk bangsa. Yang ada kami hanya dicap orang yang tidak mengerti akan perjuangan mereka dan penderitaan para pejuang dulu. Lalu Kolonel bertanya kepada Sersan bagaiman hasil perjuangan para pejuang kemerdekaaan ini. Sersan pun hanya bisa menjawab, bahwa apa yang telah dilakukannya hanyalah sia sia. Loh kok bisa begitu "tanya  Kolonel. Anakku hanya lah seorang juru parkir diperempatan Pasar Senen. Dan Cucunya sudah tiada dikarenakan Narkoba yang merengut nyawanya. Sedangkan yang perempuan sudah menjadi seorang pramuniaga di cafe dan club malam mangga dua. Anaknya yang wanita baru saja Bunuh diri karena desakan kebutuhan ekonomi. Keluargaku sudah menjadi korban kemerdekaaan yang disalah gunakan oleh para pejuang lainnya. Mereka pejuang yang kaget dan merasa puas akan apa yang mereka lakukan dalam merebut kemerdekaan. Kebodohan saya adalah saya tidak pernah mementingkan keluarga saya setelah kemerdekaan "kata sersan. Saya mungkin terlalu idealis didalam menjalankan kehidupan ini. Apa bedanya keluarga kolonel dengan sersan padahal mereka sama sama pejuang kemerdekaan. Tapi apa yang dapat diraih setelah kemerdekaan ini, semua hanyalah mementingkan kepentingan keluarganya tampa peduli kepentingan bangsa ini. Mereka berkedok sebagai pejuang yang patut dibanggakan padahal hasilnya nihil setelah perjuangan tersebut.Pembanguna jalan, gedung bertingkat, dan infrastruktur lainya hanyalah fasilitas bagi keluarga pejuang yang sukses. Sersan  berkata" Saya tidak habis pikir kalau moral para pejuang kerabat saya sudah tidak lagi mengedepankan kepentingan bangsa setelah kemerdekaan yang kita rebut bersama. Sejarah yang telah diukir oleh para pejuang, hanyalah pembohongan dan pembodohan generasi muda. Sebab perjuangan kita telah dipatahkan untuk kepentingan pribadi, golongan dan bahkan kerabat keluarga sendiri. Wajar kalau nanti dimasa yang akan datang generasi muda sudah tidak menegenal arti merdeka yang kita rebut dulu. dan sekarang sudah banyak generasi muda yang tidak hafal Pancasila dan Isi UUD 45. Bahkan mereka sangatlah susah untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Mungkinkah Generasi muda ini nantinya akan mengenang jasa jasa kita dimasa merebut kemerdekaan. Di setiap sudut kota mereka berteriak menginginkan kemerdekaan sesunguhnya sesuai dengan perkembangan jaman. Mereka berani mengatakan salah dengan apa yang telah kita tanamkan benih benih perjuangan bangsa ini. Sejarah yang mereka dapatkan ternyata adalh pelintiran kepentingan golongan. Dan generasi Muda ini semakin tajam mengkritik kebijaksanaan pemerintah. Ilmu apa lagi yang akan kita ajarkan kepada mereka. Biarkanlah mereka membenahi negeri ini, sebab norma dan moral yang selama kita banggakan tidak sesuai dengan generasi muda sekarang. Di bilang generasi muda tidak peduli salah, tapi mereka memberontak dan ingin merdeka kembali seperti layaknya seorang warga negara yang mendapat perlakuan hukum yang sama di muka bumi  Indonesia. Semoga di tangan generrasi muda ini perubahan bangsa ini menuju masyarakat adil dan makmur dapat terwujud, tampa kita menuntut agar jasa kita sebagai pejuang kemerdekaan harus diabadikan dan patut dibanggakan. Kolonel dan Sersan akhinya meninggalkan Istana sambil membersihkan wajah mereka yang telah dibasahi oleh keringat akibat terik matahari yang tidak bersahabat. Sungguh diluar kesadaran selama ini apa yang teradi di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun