Mohon tunggu...
Mangatas SM Manalu
Mangatas SM Manalu Mohon Tunggu... Dokter Spesialis Penyakit Dalam -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan & Klinik AIC, Kuningan City Mall - Jakarta. Instagram: https://www.instagram.com/mangatasm/ Twitter: https://twitter.com/#!/Komangatas3. Facebook: https://www.facebook.com/mangatasm

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Tekanan Darah Rendah, Perlu Makan Daging Kambing Ya?

19 Juli 2017   12:42 Diperbarui: 10 November 2017   02:26 12848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: infokuliner.com

Pertanyaan pada judul di atas atau yang senada, sering disampaikan oleh pasien-pasien saya di sebuah klinik, dan selalu membuat saya terperangah. Memang ada 2 mitos atau 'salah kaprah' yang banyak diyakini masyarakat sebagai kebenaran, yaitu: a) Menyamakan antara tekanan darah rendah (hipotensi) dengan kurang darah (anemia), yang sudah dibahas oleh beberapa Kompasianer, dan b) Obat tekanan darah rendah ialah makan makanan berlemak jenuh tinggi, seperti daging kambing tua yang banyak dijual dalam bentuk penganan soto, sop, gulai, dan lain-lain.

Pengertian dasar mitos tersebut ialah makan daging kambing akan meningkatkan tekanan darah, yang akan mengatasi tekanan darah rendah. Betul, bahwa konsumsi daging kambing bisa meningkatkan tekanan darah, jika dikonsumsi dalam jumlah besar secara rutin, dan dalam waktu yang lama. Konsumsi lemak jenuh yang terus-menerus bisa menyebabkan pembentukan plak kolesterol dalam pembuluh darah, yang akan menyempitkan pembuluh darah dan pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.

Tapi itu proses yang sangat lama, bertahun-tahun, dan sangat berbahaya, karena meningkatkan risiko penyakit jantung koroner atau stroke. Jadi kalaupun orang banyak memakan daging kambing, terutama lemak kambing tua, maka hipotensi yang dialaminya tidak bisa segera diatasi, malah konsumsi lemak jenuh tersebut dapat membahayakan. Sebenarnya, bukan kolesterol yang berperan penting secara langsung dalam meningkatkan tekanan darah, tetapi asupan GARAM.

Hipotensi memang sering membingungkan karena sering merupakan keadaan antara (intermediary-state) sebelum terjadinya syok, di mana syok (gangguan sirkulasi darah yang hebat), memang membahayakan jiwa. Kalau anda berjalan-jalan ke fakultas kedokteran universitas yang besar, maka yang ada pada bagian penyakit dalam, ialah sub bagian ginjal dan hipertensi, bukan hipotensi. Karenannya kita perlu mengerti akan hipotensi, baik sebagai tanda/gejala dari suatu penyakit lain, sebagai intermediary-state, dan sebagai penyakit tersendiri,        

A. Definisi Hipotensi
Hipotensi adalah keadaan tekanan darah yang rendah akibat penurunan secara abnormal, di bawah tekanan darah rata-rata suatu populasi manusia.

Tekanan darah adalah kekuatan dorongan darah terhadap dinding pembuluh darah nadi (arteri) saat jantung memompa darah keluar. Tekanan darah diukur sebagai tekanan sistolik dan diastolik. "Sistolik" mengacu pada tekanan darah saat jantung berdenyut memompa darah. "Diastolik" menjelaskan tekanan darah saat jantung beristirahat antar denyutan. Angka tekanan darah yang ditulis dengan angka sistolik di atas atau sebelum angka diastolik, misalnya 120/80 mmhg (milimeter merkuri - satuan pengukur tekanan darah, yang disingkat menjadi mmHg)

Tekanan darah "normal" pada orang dewasa yang sehat kebanyakan berkisar di sekitar 120/80 mmhg. Hipotensi adalah tekanan darah dibawah 90/60 mmhg.

Akan tetapi seringkali didapatkan individu dengan tekanan darah yang lebih rendah dari 90/60 mmhg dengan kondisi kesehatan yang baik, tanpa keluhan dan bisa beraktivitas secara normal; bahkan banyak atlit nasional, tekanan darahnya sekitar 80/50 mmHg.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tekanan darah yang rendah tidak selalu menyebabkan gejala atau gangguan fisik dan tidak selalu merupakan tanda suatu penyakit. Artinya hipotensi sering bersifat relatif. Bisa merupakan keadaan normal atau keadaan sakit. 

Tekanan darah (TD) tidak tetap sama sepanjang waktu. Tekanan ini menurun saat kita tidur dan meningkat saat terjaga. Tekanan darah juga dapat meningkat ke tingkat yang disebut normal-tinggi (tidak sampai pada ambang batas yang dikategorikan sebagai tekanan darah tinggi/hipertensi, yaitu tidak sampai 140/90 mmHg (sekitar 135/85 mmHg), saat kita senang, cemas, nyeri, atau aktif dalam melakukan kegiatan.

Tubuh sangat sensitif terhadap perubahan tekanan darah, misalnya, jika kita berdiri dari posisi duduk atau berbaring delam waktu yang singkat, tekanan darah kita bisa turun sebentar, lalu berubah menjadi normal kembali setelah beberapa saat. Tubuh mengatur tekanan darah untuk mencukupkan darah dan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun