Pendahuluan
Pada 27 Juni 2017 yang lalu, saya menulis di Kompasiana tentang 'Pertolongan Awal dari Dua Penyakit Karena Kelebihan Lemak Yang Sering Muncul Setelah Lebaran'. Pada tulisan itu disampaikan bahwa setelah lebaran, karena banyak makan makanan yang "enak-enak", sering terjadi peningkatan kasus serangan jantung dan dislipidemia.
Tetapi selain kedua kasus yang sudah dibahas pada tulisan tersebut, setelah lebaran, kami yang bekerja di rumah sakit, juga sering mendapatkan kasus penyakit nyeri sendi yang hebat, terutama di tungkai bawah, dengan gejala peradangan berupa nyeri hebat persendian, bengkak, dan kemerahan pada kulit, yang diakibatkan oleh Artritis Gout Akut. Penyakit inilah yang sering dinyatakan oleh masyarakat sebagai "Penyakit Asam Urat".
Dalam tulisan ini saya berusaha membahas tentang "Penyakit Asam Urat", agar salah pengertian yang banyak terjadi di masyarakat akibat informasi-informasi kesehatan yang hoax di internet, bisa dikurangi, sekaligus memberikan pengertian yang diusahakan secara ilmiah populer. Tentu saja menulis tentang penyakit dengan menggunakan bahasa non-kedokteran, sering menyulitkan, baik untuk penulis, apalagi bagi yang membacanya. Jadi mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada beberapa bagian yang sulit dipahami. Karena panjangnya pembahasan tentang Asam Urat dan Artritis Gout, maka penulis membagi tulisan ini menjadi dua bagian. Pada waktu yang akan datang, penulis akan menyampaikan bagian yang kedua.
Pengertian Dasar
Asam urat ialah hasil metabolisme basa purin yang terdapat pada asam nukleat (dalam DNA) protein, yang terletak pada inti sel tubuh. Purin terdapat pada inti sel tubuh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hiperurisemia (hyperuricemia) adalah peningkatan kadar asam urat darah (uric acid) diatas nilai normal. Hiperurisemia merupakan suatu keadaan atau kondisi antara (inter-state) dan bukanlah suatu keseluruhan dari suatu penyakit (not a disease entity).
Hiperurisemia terjadi karena adanya berbagai faktor yang sering muncul bersamaan seperti adanya gangguan metabolisme tubuh, diet tinggi purin, faktor keturunan, diabetes melitus, penyakit ginjal, dehidrasi, konsumsi alkohol berlebihan, dan banyak meminum minuman dengan gula fruktosa. Hiperurisemia juga bisa terjadi pada pemakaian obat-obatan tertentu, misalnya pada pemakaian obat Pyrazinamide dalam terapi tuberkulosis (TBC), pada pengobatan terhadap penyakit-penyakit keganasan (kanker), dan juga bisa meningkat pada keadaan kanker itu sendiri.
Kira-kira dua pertiga dari kadar asam urat tubuh kita diproduksi secara endogen (didalam) oleh tubuh kita sendiri, sedangkan sisanya berasal dari purin pada makanan. Karenanya makanan, meskipun berperan penting, bukanlah merupakan penyebab utama tingginya kadar asam urat dalam darah. Manusia memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi, sebagian karena kekurangan enzim pemecah asam urat (uricase) hati, dan sebagian lagi karena kemampuan ginjalnya untuk membuang asam urat lebih rendah dibandingkan dengan berbagai jenis hewan. Kira-kira 70% asam urat yang dihasilkan tubuh setiap hari, dikeluarkan oleh ginjal melalui urin sedangkan sisanya dibuang oleh usus lewat tinja.
Kadar asam urat dalam darah tergantung keseimbangan antara kecepatan penghancuran purin sang pembentuk asam urat, dan laju pengeluaran asam urat dari tubuh. Secara teoritis, perubahan dalam keseimbangan ini dapat menyebabkan hiperurisemia. Walaupun demikian, pada umumnya gangguan pengeluaran asam urat dari tubuh adalah penyebab utama terjadinya hiperurisemia.
Dikalangan medis, hiperurisemia dapat terjadi karena penurunan pengeluaran / ekskresi (underexcretion) asam urat, peningkatan produksinya karena penghancuran purin yang tinggi, (overproduction), atau kombinasinya. Underexcretion merupakan mekanisme utama terjadinya hiperurisemia.
Hiperurisemia