I. PENDAHULUAN
Menjelang hari lebaran, makanan sering - entah kenapa - menjadi bertambah enak, sehingga acapkali kontrol terhadap konsumsi makanan, khususnya bagi individu yang cenderung terganggu metabolisme lemak dalam tubuhnya, menjadi longgar. Banyak orang melakukan ‘Bukber’ dengan makanan yang bersantan, makanan resto cepat-saji, kerap mengkonsumsi makanan 'dairy products’ (mentega, susu full-cream, keju, cokelat), banyak makan jeroan (hati, usus, babat, iso), sop dan soto berkaldu kental, gulai, sea-food (udang, kepiting dan cumi-cumi), serta segala makanan yang mengandung lemak jenuh berkadar tinggi.
Saat hari raya lebaran, ketika bersilaturahmi ke rumah keluarga, kerabat dan handai-taulan, makanan yang terhidang umumnya nyaris sejenis di setiap rumah yang dikunjungi, yaitu: ketupat sayur, rendang, opor ayam, semur daging, emping melinjo, udang, sayur buncis, kacang goreng, dan sebagainya.
Tentu saja tradisi yang sudah mengakar di masyarakat kita ini tidak salah. “Toh cuma setahun sekali!” dan “Ah cuma sedikit kok!” atau “Kan hanya sekedar mencicipi?!”. Semua alasan tersebut benar dalam konteks budaya nusantara kita ini. Setelah menjalankan kewajiban agama untuk berpuasa sebulan penuh, maka sambil bersilaturahmi dan bermaaf-maafan, tidak ada salahnya kita merayakannya dengan makan makanan yang “enak-enak”.
Yang jadi masalah ialah jika acara “bukber” selama sekian hari berturut-turut dan “sekedar mecicipi” itu, terus-menerus dilakukan, yang dapat mengakibatkan akumulasi lemak jenuh pada tubuh. Pada orang yang metabolisme tubuhnya masih “normal” hal tersebut bukan masalah. Tetapi bagi mereka yang menderita atau yang cenderung terganggu metabolisme lemak tubuhnya, maka hal ini dapat menyebabkan masalah yang dapat mengancam kesehatan bahkan keselamatannya.
Tentunya sudah kita ketahui bersama bahwa penumpukan lemak jenuh dalam tubuh akan menyebabkan pembentukan plak (plaque) yang akan menyumbat pembuluh darah. Bila yang tersumbat pembuluh darah jantung dan / atau pembuluh darah otak, maka hal itu akan menyebabkan serangan jantung akut atau stroke.
Beberapa saat atau beberapa hari setelah hari raya, kami, yang bekerja di rumah sakit, sering menerima pasien dengan keluhan dan tanda: nyeri kepala yang hebat, tekanan darah meningkat, vertigo, nyeri pada sendi kaki dengan bengkak dan kemerahan, bahkan nyeri dada (yang cukup sering merupakan serangan jantung koroner).
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan tentang pengenalan gejala dan penanganan awal dari nyeri dada yang diduga penyakit jantung koroner akut, serta sakit kepala atau vertigo akibat gangguan kadar lemak darah (dislipidemia). Pada kesempatan mendatang, penulis akan berusaha untuk menyampaikan tentang pengenalan dan penanganan awal keadaan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan nyeri sendi karena artritis gout akibat penumpukan kristal sodium urat di sendi-sendi tubuh.
II.Penyakit Jantung Koroner, Vertigo dan Sakit Kepala hebat akibat Dislipidemia
II.1. NYERI DADA (YANG DIDUGA) PENYAKIT JANTUNG KORONER
*) Gejala Penyakit: