Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama Mampu Memberikan Perdamaian Abadi di Indonesia, Syaratnya?

4 April 2017   22:03 Diperbarui: 4 April 2017   22:08 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pertemuan Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para ulama (4/4/2017) meniupkan angin segar bagi bangsa ini. Salah satunya para pemuka agama berniat untuk menjadikan agama sebagai garda terdepan untuk menciptakan perdamaian kekal di tanah air (Kompas.com, 4/4). Pertanyaanya, mampukah agama menciptakan perdamaian kekal itu?

Sederhana saja jawabannya yakni “agama-(agama) mampu menciptakan perdamaian kekal di Indonesia.” Sejatinya, agama adalah lembaga, tempat dan instrumen dimana kebaikan dan perdamaian bersemi dan tercipta.

Memang motif orang beragama bisa berbeda-beda. Ada yang ikut orang tua. Ada yang karena faktor daerah, politik dan budaya. Dan ada yang ingin mencari kedamaian hidup. Motif yang terakhir ini bisa menjadi salah satu landasan kalau agama bisa menjadi garda terdepan untuk mencapai perdamaian di bumi nusantara.

Yang paling utama adalah bagaimana perdamaian kekal itu tercipta dalam sebuah institusi negara terutama dalam ranah politik. Kita tahu bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Kalau Indonesia negara agama, maka besar kemungkinan nilai-nilai agama bisa diaplikasikan. Dengan sendirinya, perdamaian menurut ajaran agama yang bersangkutan ikut bermain di dalamnya.

Namun Indonesia bukanlah negara agama. Indonesia adalah negara demokratis yang majemuk. Karenanya, tidak ada agama yang superior dan inferior satu sama lain. Semua agama sama di hadapan negara.

Lantas, mengapa agama mesti masuk dan terlibat untuk menghadirkan perdamaian abadi di bumi nusantara? Apakah negara tidak bisa menjamin perdamain itu?

Meski Indonesia adalah negara demokratis yang majemuk, kenyataannya persoalan yang bermotifkan agama kerap muncul. Beberapa di antaranya seperti aksi teroris yang membawa nama agama tertentu. Pembakaran tempat ibadah dan larangan beribadah bagi agama tertentu. Pemandangan-pemandangan seperti ini menunjukkan kalau situasi perdamaian di Indonesia tidak bersih sepenuhnya dari pengaruh agama. Malah bisa dikatakan stabilitas negara juga ditentukan oleh peran agama.

Salah satu hal yang membuat agama jatuh ke jurang saat tidak ada pembedaan antara sekat agama dan sekat politik. Salah satunya dalam kontestasi politik di tanah air pada waktu pemilu. Kerap agama dijadikan instrumen dan alat kaum politikus untuk mengolkan calon tertentu. Atau juga, latar belakang agama dijadikan alat untuk menahan laju calon pemimpin dari agama lain.

Pada titik ini, pemuka agamanya mesti sadar atas ranah dan peran yang seharusnya mereka mainkan di percaturan politik Indonesia. Agama bukanlah penonton pasif, tetapi juga bertindak aktif. Keaktifan mereka ditunjukkan lewat pendampingan moral atas situasi politik, memberikan kritik yang membangun atas kontestasi politik yang terjadi dan mengawal percaturan politik tanah air.

Bukan sebaliknya, agama malah gampang tergoda oleh rayuan politik. Alih-alih menjadi pengontrol dan pengawal moralitas politik tanah air, tetapi (penganut) agama malah menodai moralitas itu dengan sikap yang berat sebelah. Agama lebih pro pada orang-orang yang sepadan dengan pandangan politik dan ajaran mereka. Para penganut agama gampang terprovokasi untuk menghina dan mengejek penganut agama lain. Bahkan dengan dalil ajaran agama, orang gampang mengklaim seseorang kafir, tidak boleh disholatkan saat meninggal dan tidak akan masuk surga karena perbedaan pandangan politik.

Di sinilah salah satu letak soal peran agama di tanah air. Agama gampang terkontaminasi oleh kepentingan sesat dari ranah politik. Dan agama tidak merem dirinya saat terlibat di percaturan politik tanah air. Malah agama cenderung mencampuradukan urusan politik dan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun