Di sini tak boleh terjadi gap antara rasa enak dan kualitas gizi. Untuk itu, kalau mau direnungkan lebih mendalam pemberian makanan gratis dan bergizi membutuhkan evaluasi secara regular dan transparan.
Seturut tema dari rancangan program yang dijalankan, progam itu berupa pemberian makanan bergizi gratis. Jadi tak sekadar gratis. Akan tetapi, kualitas gizinya yang dipertimbangkan secara baik agar program itu tak hanya memuaskan di lidah, tetapi memenuhi aspek kesehatan.
Bagaimana pun, secara tak langsung target dari pemberian makanan bergizi itu untuk melengkapi dan menguatkan kesehatan para siswa. Barangkali ada para siswa di tanah air yang tak memenuhi gizi yang memadai di rumah. Untuk itu, pemberian makanan bergizi gratis di sekolah menjadi salah satu solusi dalam menanggapi kekurangan gizi anak di rumah.
Lebih jauh, pendidikan pemberian makanan bergizi gratis itu perlu diedukasi secara baik kepada para siswa. Di sini, penyelenggara dan pihak sekolah perlu menjelaskan maksud dari pemberian makanan bergizi gratis tersebut kepada para siswa. Dalam mana, tujuannya untuk pencapaian taraf kesehatan fisik, dan bukan saja untuk memenuhi urusan kekenyangan secara fisik.
Pastinya, setiap program, apalagi yang bersifat baru pertama kali dilaksanakan seperti pemberian makanan bergizi gratis tak luput dari kekurangan tertentu. Langkah pertama bisa menjadi bahan evaluasi agar langkah-langkah berikutnya bisa diperhatikan secara lebih baik. Terkhususnya pada kualitas gizi dari setiap makanan yang disajikan.
Pemberian makanan gratis yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini seyogianya tak hanya sekadar gratis dan rasanya enak, tetapi lebih mendalam kualitasnya benar-benar bergizi. Tujuannya agar makanan itu bisa berdampak pada kesehatan anak Indonesia secara keseluruhan.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI