Kekalahan Manchester United (MU) dari tangan Arsenal di Stadion Emirates (5/12/24) pada pekan ke-14 lanjutan Liga Inggris 2024/25 meninggalkan bekas kekecewaan pada Pelatih Ruben Amorim.
Kekecewaan Amorim dilatari oleh faktor yang menyebabkan kebobolan yang terjadi ke gawang timnya yang dikawal oleh Andre Onana. MU sudah menutup ruang serangan Arsenal. Namun, bencana datang ke kubu MU lewat bola-bola mati.
Dua gol Arsenal ke gawang "Setan Merah" terjadi lewat proses tendangan pojok. Para pemain MU gagal menutup ruang pergerakan para pemain Arsenal sehingga dua gol tersebut tak bisa dihindari.
"Mereka menempatkan banyak pemain dekat penjaga gawang dan itu terlihat sangat tidak mungkin untuk bertarung demi bola," ungkap Amorim sebagaimana terlansir dalam BBC. Sports (5/12/24)
Metode gol Arsenal dengan memanfaatkan bola-bola mati bukanlah hal baru. Malahan, itu sudah menjadi salah satu tren dari gaya permainan Arsenal pada satu musim terakhir. Tak elak, bek-bek jangkung seperti Gabriel Maglhaes dan Wiliam Saliba bisa mencetak gol dari skema tendangan pojok.
Tendangan sudut merupakan salah satu peluang dari sekian kesempatan untuk mencetak gol. Terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh Arsenal bukanlah kebetulan, tetapi sudah dilatih untuk jangka waktu tertentu.
Sejak musim 2023/24 hingga bermain kontra sewaktu bermain kontra MU, Arsenal sudah mencetak 22 gol lewat memanfaatkan tendangan sudut. Jumlah gol itu tertinggi di lima liga besar benua Eropa, sekaligus di Liga Inggris. Jumlah Arsenal pun lebih banyak daripada Bayer Leverkusen di tempat kedua dengan 17 gol.
Declan Rice dan Buyako Saka menjadi andalan Arsenal dalam mengambil tendangan sudut. Kedua pemain yang sama-sama menjadi bagian dari Timnas Inggris itu sudah menciptakan masing-masing 7 asis lewat tendangan sudut sejak musim lalu.
Sebenarnya, metode mencetak gol lewat memanfaatkan tendangan sudut atau pun bola-bola mati bukanlah hal yang baru dalam taktik sepak bola. Hal itu kerap menjadi salah satu senjata tim guna memecahkan kebuntuan, apalagi menghadapi tim-tim yang menerapkan teknik bertahan ketat dan solid.
Sebelumnya, Stoke City dikenal sebagai tim yang efektif dalam memanfaatkan bola-bola mati, terlebih khusus tendangan sudut. Kala itu, Stoke masih dilatih oleh Tony Pulis pada tahun 2002-2005 dan kemudian 2006-2013. Tak pelak, Pulis dijuluki sebagai pelatih yang spealis memanfaatkan bola-bola mati.