Beberapa kali saya mengikuti kegiatan retret. Konteksnya lebih pada retret rohani.
Seturut pengertian retret itu sendiri, tujuannya adalah melihat pengalaman yang telah lewat, merenungkannya guna mendapatkan inspirasi baru.
Selama retret baik itu dibuat secara pribadi maupun kelompok, ada topik yang direfleksikan. Ada target yang mau dicapai. Jadinya, bukan sekadar menepi, memisahkan diri dari dunia luar dan orang lain.
Paling tidak, setelah retret ada energi baru, berupa kesadaran tentang hidup pribadi dan pembaharuan diri untuk menghadapi realitas kehidupan.
Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengambil langkah pertama pemerintahannya dengan melakukan retret. Tak tanggung-tanggung, tempat yang dipilih dalam menjalankan retret tersebut adalah lingkungan akademi militer, Magelang.
Bahkan, para anggota kabinet naik pesawat herkules TNI Angkatan Udara ke Bandara Adi Sutjipto, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta (24/10/24). Seturut laporan Kompas.com (24 Oktober 2024) para anggota kabinet Merah Putih itu pergi tanpa diwakili oleh para ajudannya.
Tentu saja, retret ala Prabowo itu berbeda dengan retret untuk konteks rohani. Dalam konteks rohani, retret biasanya jauh dari kebisingan. Dunia luar untuk sementara ditepikan. Makanya, aneka gadget seperti phone sebisa mungkin tak dipakai selama retret.
Untuk itu, saya coba menelusuri makna di balik retret ala Prabowo tersebut. Menimbang pemilihan tempat, boleh jadi ada hal yang patut digariskan dan diharapkan terjadi pada anggota kabinet yang terlibat dalam retret tersebut terutama selama masa jabatan mereka.
Paling pertama adalah kedisiplinan.
Kedisiplinan itu bukan saja berkaitan dengan ketepatan waktu dalam menghadiri rapat atau mengunjungi tempat-tempat dinas. Akan tetapi, kedisiplinan dalam mengatur waktu antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan negara.