Barcelona melanjutkan tren kemenangan besar dalam satu pekan terakhir. Pekan lalu di La Liga Spanyol, Barca mencukur Sevilla dengan skor 5-1.
Tiga hari setelahnya, Barca meruntuhkan tamunya Bayern Muenchen (4-1) pada babak kualifikasi grup Liga Champions Europa. Kemenangan itu mengakhiri tren negatif Barca yang selalu kalah dalam lima laga terakhir dari Tim Bavaria tersebut.
Lalu, yang paling meyakinkan tatkala Barca menundukkan rival abadinya Real Madrid dalam edisi El clasico jilid pertama musim ini pada lanjutan Liga Spanyol pekan ke-11.Â
Tak tanggung-tanggung, Pedri dan kawan-kawan menghantam Madrid di kediamannya Santiago Bernabeu dengan 4 gol tanpa balas.
Kalau ditotalkan, dari tiga laga terakhir Barca berhasil mencetak 13 gol. Hanya kebobolan 2 gol. Dengan ini secara ofensif, Barca tampil cukup meyakinkan.Â
Kemenangan Barca di Santiago Bernabeu itu mengakhiri rekor 42 laga tak terkalahkan El Real. Padahal, kalau seri atau pun menang, Madrid bisa menyamai rekor 43 tak terkalahkan kepunyaan Barca.Â
Tiga kemenagan besar Barca dalam rentang satu pekan ini seperti mengembalikan era kejayaan Barca di masa Pep Guardiola. Kemenangan dengan skor besar seperti kenbali menjadi lumrah dan capaian itu terjadi berkat kerja sama apik tim.
Menjadi tantangan jika Barca hanya menang tipis. Pasti ada pelbagai pertanyaan yang mencuat.Â
Di tangan Pelatih Hansi Flick, Barca menjelma sebagai tim yang tampil teroganisir. Tak berpatok pada satu atau pun dua pemain. Flick juga lebih cenderung mamilih pemain yang secara fisik dan mental siap bermain penuh.Â
Terbukti, Flick masih mempercayakan Fermin Lopez turun sejak menit pertama daripada memberikan tempat kepada Frengkie de Jong dan Dani Olmo. Pemberian tempat kepada Lopez tak lepas dari perfoma apiknya pada tengah pekan lalu kontra Munchen di Liga Champions.