Italia awalnya tampil meyakinkan sejak peluit laga ditiup. Terbukti, tim berjuluk Azzurri itu langsung unggul atas Belgia pada menit pertama lewat penyerang sayap Andrea Cambiaso memanfaatkan bola tepisan penjaga gawang Belgia, Koen Casteels.
Pada menit ke-24 Italia menambahkan keunggulan lewat Mateo Retegui. Skenario gol kedua pun persis sama gol pertama yang mana memanfaatkan bola tepisan Casteels.
Akan tetapi, pengurangan satu pemain menjadi titik balik permainan Italia. Kehilangan satu pemain -membuat Belgia tampil intensif pada babak kedua.
Belgia berhasil mencetak gol pada menit ke-61 lewat Maxim De Cuyper memanfaatkan tendangan bebas dan gol dari penyerang Arsenal Leandro Trossard yang menjadi penyama kedudukan.
Hasil seri kontra Belgium membuat poin Italia dengan Perancis terpangkas hanya satu satu poin.
Italia dalam posisi sementara berupaya untuk bangkit. Upaya itu dibarengi dengan kejelian Spalleti memanfaatkan talenta para pemain muda sekaligus orientasi para pelatih lokal asal Italia di Liga Italia.
Hampir sebagaian besar tim-tim kuat di Italia dilatih oleh pelatih asal Italia. Thiago Motta di Juventus yang mengedepankan para pemain muda mulai memberikan tempat kepada para pemain Italia. Salah satu pemain Juve yang tampil gemilang saat Italia ditahan oleh Belgia adalah A. Cambiaso.
Dimarco menjadi salah satu pemain dari Inter yang ikut berkontribusi dalam kebangkitan permainan Italia.Â
Duo Dimarco dan Cambiaso menjadi duet yang cukup merepotkan lini belakang Belgia pada babak pertama.
Blunder dari Lorenzo Pellegreni meruntuhkan dominasi Italia di Stadion Olimpico. Kapten dari AS Roma itu melakukan takel kepada pemain Belgia. Awalnya, kartu kuning diberikan, namun setelah mengecek VAR, Pellegreni diganjar kartu merah.
Secara umum, Italia tampil cukup meyakinkan dari tiga laga di Nations League. Performa Italia tersebut menjadi salah satu petunjuk kebangkitan sepak bola Italia di tangan pelatih Luciano Spalleti.