Makanya ketika yang mengorganisir kegiatan tersebut bertanya alasan saya tak ikut, saya menyampaikan bahwa saya tak memiliki anggaran seperti yang telah diperkirakan untuk kepentingan piknik tersebut.
Sudah beberapa kali saya lakukan hal tersebut. Termasuk di tempat kerja ketika menghadapi teman kerja dan bawahan.
Ketika teman kerja dan bawahan meminta anggaran tertentu, pertimbangan paling pertama adalah kesediaan anggaran dan sekaligus tujuan dari penggunaan anggaran yang diminta.
Kejujuran saya itu menyelamatkan dan mengamankan keuangan pribadi dan juga di tempat kerja.Â
Paling tidak, saya bisa mengamankan keuangan demi kebutuhan yang lebih utama daripada memanfaatkan untuk hal-hal yang waktunya relatif singkat dan kadang nilainya tak bertahan lama.
Sikap saya itu ternyata bagian dari loud budgeting. Dalam mana, tak perlu malu untuk menyampaikan penolakan pada hal-hal tertentu apabila anggaran keuangan pribadi tak mencukupi dan memadai.
Hemat saya, sikap loud budgeting perlu dibangun agar menjaga kesehatan anggaran. Seperti yang saya sampaikan di atas, kita tidak perlu malu untuk jujur menyampaikan kondisi keuangan kita sekaligus
Daripada kita menghadapi ketimpangan finansial, lebih baik kita perlu jujur dengan kondisi finansial yang kita miliki. Â
Kadang kala kita terjebak pada mentalitas gengsi. Mentalitas itu nampak mau menyamai kemampuan finansial orang lain, padahal kenyataannya tak bisa memenuhi seperti yang diharapkan. Akibatnya berutang guna menjawabi mentalitas gengsi tersebut.
Atau juga, kita terlalu melihat faktor kesenangan semata tetapi memaksakan kemampuan finansial yang kita miliki.Â
Efeknya bisa berupa ketidakseimbangan antara hal-hal yang benar-benar sebagai kebutuhan dengan hal-hal yang memberikan kesenangan untuk sementara waktu. Â