Hanya saja, menjelang akhir musim virus inkonsistentsi menjangkiti Liverpool sehingga peluang meraih empat gelar runtuh hanya dalam waktu satu bulan.
Musim lalu, Liverpool hanya merengkuh trofi Piala Carabao. Lalu, hanya sampai di perempat final Piala Liga Eropa dan semifinal Piala FA. Â
Kebutuhan gelandang bertahan cukup esensial. Musim lalu, Klopp melakukan eksperimen dengan memainkan Alexis Mac Allister di sektor gelandang bertahan. Namun, pemain berpaspor Argentina itu tampil tak begitu konsisten.
Lalu, Klopp coba memainkan bek kiri, T. Alexander-Arnold. Situasinya juga persis sama yang Alexander-Arnold kadang tampil tak meyakinkan di sektor gelandang.
Wataru Endo sempat "naik daun" sebagai pemain berposisi gelandang bertahan. Pemain asal Jepang yang berusia 31 tahun itu pun kerap menjadi andalan Klopp di sektor gelandang bertahan.
Namun, menimbang tuntutan di sektor gelandang bertahan yang berperan cukup penting dalam menghubungkan lini belakang dan lini depan, Liverpool memerlukan pemain yang lebih muda dan kuat. Â
Paling tidak, Endo memiliki pesaing yang sepadan dalam menjawabi persaingan di pelbagai kompetisi.
Apalagi, Slot cenderung membangun serangan dari belakang; dan oleh karena itu memerlukan pemain gelandang bertahan yang lebih solid.
Rupanya, kelemahan di sektor gelandang bertahan itu sempat terbaca oleh Liverpool semenjak kedatangan Slot sebagai pelatih. Tak menutup mata dengan kelemahan itu, pilihan pun jatuh pada Martin Zubimendi yang bermain bersama Real Sociedad.
Namun, pemain Timnas Spanyol yang menggantikan Rodri yang cedera pada babak kedua pada partai final Piala Eropa 2024 itu menolak pinangan Liverpool dan memilih bertahan di Sociedad.
Ketika Zubimendi menolak, Liverpool sepertinya tak panik. Tak tampak mencari opsi lain. Jadinya, Liverpool berpeluang tampil di era baru bersama Slot tanpa pembelian pemain baru.