Peta perpolitikan jelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta mulai mencuat ke permukaan. Walau Jakarta tak lagi berstatuskan ibukota negara, namun popularitasnya masih tetap menjadi daerah yang "seksi" dalam percaturan politik nasional.
Bukan tak mungkin, riak-riak nuansa pemilihan presiden 2024 lalu, dan bercampur dengan sakit hati politik pada pilpres 2024 tersebut bisa ikut bermain dalam Pilkada Jakarta. Â
Nama Anies Baswedan kembali masuk bursa bakal calon gubernur Jakarta. Anies Baswedan adalah salah satu calon presiden yang diusung oleh Partai Nasdem pada Pilpres 2024 lalu. Juga, Anies pernah menjabat Gubernur Jakarta selama lima tahun (2017-2022).
Seperti terlansir dari Kompas.id (4 Juni 2024) kabarnya Partai Nasdem melirik Anies untuk maju ke Pilkada Jakarta. Niat partai pimpinan Surya Paloh itu nampak lewat komunikasi politik yang cukup intens di antara kedua belah pihak.
Apabila rencana politik ini terealisasi, Nasdem dan Anies seperti melanjutkan kembali kerja sama politik yang pernah terjalin di Pemilihan Presiden yang lalu.
Untuk konteks Jakarta, sosok Anies sudah sangat popular. Berkat kepemimpinan selama lima tahun menjadi gubernur Jakarta, Anies bisa secara gampang mendapatkan simpati dari pemilih di Jakarta. Boleh dikatakan jika Anies maju kontestasi Pilkada Jakarta, Anies adalah calon yang cukup kuat.
Barangkali, Anies hanya tinggal memoles program-program yang telah dibuatnya sewaktu masih Jakarta agar bisa menguatkan basis pemilih.
Oleh sebab itu, apabila Anies benar-benar maju kontestasi Pilkada Jakata, terasa akan sangat sulit bagi calon-calon mengimbangi popularitasnya. Calon-calon lain memerlukan energi ekstra dan motor politik yang kuat agar bisa menyaingi dan mengimbangi Anies.Â
Apalagi, jika calon-calon dari partai politik lain tak berakar kuat di Jakarta atau juga hanya berlatar belakang politik di provinsi lain.
Terang saja, di tengah menyeruak isu Anies kembali ikut kontestasi politik di Pilkada di Jakarta, kubu PDI-P terlihat melihat kemungkinan kerja sama politik dengan Anies di Pilkada Jakarta.
Seperti terlansir dalam Kompas. id (4 Juni 2024) ketua DPP PDI-P Puan Maharani menilai bahwa "partainya siap bekerja sama dengan partai mana pun di Pilkada Jakarta." Kata-kata Puan ini menyiratkan bahwa kemungkinan untuk menjalin kerja sama politik dengan Anies juga bisa terjadi.
Lebih lanjut, putri dari Megawati Soekarno Putri ini memberikan jawaban yang cukup bernuansa politis ketika menanyakan peluang mengusung Anies di Pilkada Jakarta. Dengan ungkapan diplomatis, Puan hanya menyatakan "menarik juga Pak Anies."
Kata-kata Puan itu, pada satu sisi, terkandung makna bahwa peluang kerja sama politik antara kubu PDI-P dan partai pengusung Anies seperti Nasdem dan barangkali PKS bisa saja terjadi di Pilkada mendatang.
Peluang itu terjadi lantaran kepentingan yang sama. PDI-P tak mau kecewa untuk kedua kali setelah kalah di pilpres, dan melihat Anies sebagai sosok politik yang bisa memberikan kemenangan di Jakarta.
Selain itu, PDI-P yang kalah pilpres kali lalu pastinya mau menunjukkan jalan berbeda dari partai pemenang pilpres, termasuk mengusung Anies yang secara umum berseberangan secara politik dari kubu pemenang pilpres 2024. Â
Sikap politik mendukung Anies dalam kontestasi Pilkada Jakarta bisa saja menjadi sinyalemen kuat dari sikap oposisi PDI-P pada pemerintahan pemenang pilpres.
Di sisi lain, kerja sama politik itu pun membuka komunikasi politik yang bisa berujung pada kubu politik yang baru baik itu di Jakarta, tetapi juga untuk tingkat nasional. Nasdem, PDI-P dan bahkan PKS bisa saja berada dalam satu rumah politik yang satu.Â
Rumah politik itu, pertama-tama, bisa terbangun dengan satu komitmen yang sama dalam mengusung Anies dalam kontestasi politik di Jakarta.
Lebih jauh, langkah politik PDI-P yang berpotensi mengusung Anies dan tak mengusung kadernya sendiri dalam kontestasi Pilkada Jakarta menjadi suatu gebrakan politik yang cukup baru.
Gebrakan politik itu sebagai komunikasi politik untuk mendapatkan "teman politik" selepas Pilpres 2024.Â
Di tengah terbangunnya koalisi besar di kubu Presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo dan Gibran, PDI-P perlu mengambil langkah politik agar tak berada dan berdiri sendiri di luar lingkaran pemerintahan.
Pilkada Jakarta bisa  menjadi momentum untuk membangun jalinan politik dengan partai-partai politik. Salah satu caranya adalah bersedia mendukung calon partai lain, yang tentu saja lebih berpeluang menang daripada kader yang hendak diusung partai sendiri.
Ungkapan politik Puan pada peluang menjalin komunikasi politik dengan Anies di Pilkada Jakarta bisa menjadi salah satu langkah politik yang memberi warna dunia perpolitikan nasional.Â
Hal itu akan mempertegas status PDI-P sebagai "oposisi" untuk lima tahun mendatang dan sekaligus mau membangun kekuatan politik untuk konteks politik jangka panjang.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H